Neraca Perdagangan Defisit karena Pertumbuhan Ekonomi Tinggi

Menko Darmin menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap solid meskipun neraca perdagangan mengalami defisit.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2019, 13:44 WIB
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap solid meskipun neraca perdagangan mengalami defisit. Menurutnya ,defisit itu terjadi karena ekonomi Indonesia terus berjalan.

"(Pertumbuhan ekonominya masih solid walaupun defisit terjadi?) Oh iya. Jadi ini ekonomi kita itu defisitnya di neraca perdagangan besar itu, justru karena ekonominya jalan," kata Darmin di Kantornya Jakarta, seperti ditulis Rabu (16/1/2019).

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018 sebesar 5,17 persen. Angka ini diperkirakan masih akan tumbuh sekitar 5,2 persen pada kuartal IV-2018 mendatang.

Darmin melanjutkan, dengan pertumbuhan ekonomi berada di atas lima persen secara otomatis membuat laju impor tinggi. Sebab, ada beberpa kemoditas bahan baku yang memang belum bisa dihasilkan di dalam negeri, Sehingga mau tidak mau memaksa untuk memilih impor.

"Ekonomi kita itu tumbuh dengan baik tidak seperti tahun-tahun lalu sehingga mau tidak mau impornya tetap tumbuh dengan cepat, karena kita perlu barang-barang impor, karena kita tidak menghasilkan itu selama ini, atau memilih komoditi mana yang meningkat," sebutnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Neraca Perdagangan

Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit sebesar USD 1,10 miliar pada Desember 2018. Dengan demikian sepanjang 2018 Indonesia defisit sebesar USD 8,57 miliar.

Defisit neraca perdagangan pada Desember 2018 disumbang oleh impor sebesar USD USD 15,28 miliar. Angka ini turun sekitar 9,60 persen jika dibandingkan dengan impor pada bulan sebelumnya.

"Impor Desember 2018 sebesar USD 15,28 miliar, kalau dibandingkan dengan nilai impor November 2018 itu turun sebesar 9,60 persen. Ini disebabkan impor migas turun tajam 31,45 persen sementara impor nonmigas turun 5,14 persen," kata Kepala BPS Suhariyato.

Selain impor, defisit neraca perdagangan juga dipengaruhi oleh nilai ekspor Indonesia pada Desember 2018. Di mana ekspor bulan Desember mengalami penurunan cukup besar sebesar 4,89 persen menjadi USD 14,18 miliar jika dibandingkan dengan November 2018.

"Ekspor pada Desember 2018, sebesar 14,18 miliar turun 4,89 persen dibandingkan November 2018," pungkas Suhariyanto.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya