Liputan6.com, Tehran - Iran, pada 15 Januari 2019, melakukan peluncuran satelit namun gagal mencapai orbit, kata seorang pejabat.
Roket yang membawa satelit Payam gagal mencapai "kecepatan yang diperlukan" pada fase ketiga peluncurannya, kata Menteri Telekomunikasi Mohammad Javad Azari Jahromi kepada televisi pemerintah Iran, seperti dikutip dari NBC News, Rabu (16/1/2019).
Jahromi mengatakan roket telah berhasil melewati tahap pertama dan kedua sebelum mengalami masalah di tahap ketiga. Dia tidak merinci apa yang menyebabkan kegagalan roket itu, tetapi berjanji bahwa para ilmuwan Iran akan melanjutkan pekerjaan mereka.
Sebelumnya, Iran berencana untuk mengirim dua satelit ke orbit, Payam dan Doosti. Payam berarti "pesan" dalam bahasa Persia, sementara Doosti berarti "persahabatan."
Baca Juga
Advertisement
Tidak jelas bagaimana kegagalan Payam akan mempengaruhi waktu peluncuran untuk Doosti. Jahromi menulis di Twitter bahwa "Doosti sedang menunggu untuk mengorbit," tanpa menjelaskan lebih lanjut.
AS khawatir bahwa teknologi balistik jarak jauh yang digunakan untuk menempatkan satelit ke orbit juga dapat digunakan untuk meluncurkan hulu ledak. Washington pun menilai bahwa program itu melanggar resolusi internasional.
Namun, Iran menganggap bahwa program luar angkasanya sebagai masalah kebanggaan nasional. Tehran juga mengatakan bahwa peluncuran wahana ruang angkasa dan uji coba rudal bukanlah pelanggaran dan akan terus berlanjut.
Selama dekade terakhir, Iran telah mengirim beberapa satelit berumur pendek ke orbit dan pada 2013 meluncurkan monyet ke luar angkasa.
Iran biasanya menampilkan pencapaian luar angkasa menjelang Februari, bulan perayaan Revolusi Islam Iran 1979.
Simak video pilihan berikut:
AS Sebut Program Satelit Iran Melanggar Resolusi PBB
Tahun 2019 akan menandai peringatan 40 tahun revolusi Iran di tengah menghadapi tekanan yang meningkat dari AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan bahwa rencana Iran untuk mengirim satelit ke orbit menunjukkan penolakan negara itu atas resolusi Dewan Keamanan AS yang meminta Iran untuk tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan rudal balistik yang mampu mengirimkan senjata nuklir.
Iran menegaskan peluncuran itu tidak melanggar resolusi.
Negeri Para Mullah juga membantah menginginkan senjata nuklir. Kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai dengan kekuatan dunia membatasi pengayaan uraniumnya sebagai imbalan atas pencabutan sanksi ekonomi.
Namun, Trump menarik Amerika keluar dari kesepakatan pada Mei. Meski para inspektur PBB mengatakan Iran telah menghormati kesepakatan sampai saat ini, Iran telah mengancam untuk melanjutkan pengayaan uranium yang lebih tinggi.
Advertisement