Mengintip Pola Makan Titi Wati yang Bikin Bobotnya 350 Kilogram

Salah satu kebiasaan buruk Titi Wati, setiap hari ia hobi mengeremus atau mengunyah batu es dalam jumlah banyak layaknya orang makan kacang.

oleh Rajana K diperbarui 16 Jan 2019, 18:02 WIB
Titi Wati setelah berada di RS. (Liputan6.com/Rajana K)

Liputan6.com, Palangka Raya - Perempuan penderita obesitas asal Palangka Raya, Titi Wati, menjadi perhatian warga dalam beberapa waktu terakhir. Selain upaya penurunan berat badannya, ada satu hal yang bikin penasaran, yakni apa saja yang dimakan Titi Wati hingga berat badannya melesat cepat hingga 350 kilogram.

Ternyata, selama ini Titi Wati menjalani pola hidup yang tidak sehat untuk urusan perut. Kebiasaan makan yang tidak normal selama bertahun-tahun akhirnya membuat dirinya harus melakukan operasi demi menurunkan berat badannya.

Yanto (40), kakak kandung Titi Wati, mengungkapkan kebiasaan adiknya itu. Saat ditemui, Rabu (16/1/2019) di RSUD Dorrys Sylvanus Palangka Raya, Yanto mengungkapkan adiknya itu memang sudah gemuk dari dulu. Namun, dia masih bisa jalan dan melakukan aktivitas sehari-hari layaknya orang normal.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, Yanto lupa kapan tepatnya, kebiasaan Titin, demikian Titi Wati biasa disapa, menikmati makanan kecil seperti goreng-gorengan, es, dan sejenisnya yang memiliki kandungan kolesterol sangat tinggi semakin menjadi-jadi.

"Saya sendiri bingung kenapa dia makan seperti ini, padahal sudah saya ingatkan," katanya.

Salah satu kebiasaan buruk Titi Wati, kata Yanto, yakni setiap hari ia hobi mengeremus atau mengunyah batu es dalam jumlah banyak layaknya orang makan kacang. Selain itu, ia juga punya kebiasaan membeli es jus yang dalam sehari bisa mencapai sembilan gelas.

"Jadi, sehari itu bisa tiga kali beli es jus dengan jumlah sekali beli sebanyak tiga gelas," katanya.

 


Kebiasaan Unik

Titi Wati setelah berada di RS. (Liputan6.com/Rajana K)

Titi Wati, kata dia, juga sangat menyukai segala jenis makanan yang digoreng. Mulai dari pisang goreng, tempe goreng, dan lainya. Kebiasaan memakan gorengan ini dilakukan setiap hari.

"Padahal, kalau makan nasi tidak banyak hanya normal saja," katanya.

Selain itu, adiknya juga punya kebiasaan lain yang tak kalah dahsyat, yakni tidak bisa melihat orang jualan lewat di depan rumah kontrakannya. "Ada bakso lewat dipanggil, ada es lewat dipanggil. Ini mungkin yang membuat ia cepat gemuk," jelas pria yang saat ini tinggal di Kabupaten Gunung Mas, Kalteng.

Yanto sendiri saat ini merasa bersyukur setelah Titi menjalani operasi. Dia berharap adiknya itu bisa kembali menjalani hidup normal seperti sedia kala. "Sebagai kakak saya merasa bersyukur, apalagi ini atas bantuan banyak pihak," dia menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya