Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno menyatakan, harga avtur di Indonesia tidak lebih mahal ketimbang negara lain, meski begitu akan diupayakan penurunan harga.
Rini mengatakan, berdasarkan informasi yang didapat, saat ini harga avtur yang dijual PT Pertamina (Persero) sudah kompetitif dibanding dengan avtur di negara lain. Namun, sedikit tinggi dari Singapura.
"Avtur kita itu kompetitif kok dibandingkan dengan negara-negara lain, di bandara-bandara harga avtur kita sangat kompetitif," kata Rini, di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Rini mengungkapkan, penetapan harga avtur sudah berdasarkan perhitungan bisnis yang diterapkan Pertamina, sebab itu harga yang ditetapkan saat ini tidak bisa segera diubah.
"Avtur ini hitungan bisnis, jadi kami mengatakan tidak bisa merombak harga, Pertamina harus menghitung secara cost-nya dulu," ujar dia.
Rini menuturkan, Pertamina akan menghitung ulang biaya penyaluran avtur di bandara. Kemungkinan akan dilakukan sedikit penurunan harga.
"Tapi kalau landing fee itu sudah kita hitung mungkin kita bisa turunkan sedikit," ujar dia.
Tiket Pesawat Turun, INACA Minta Pertamina Turunkan Harga Avtur
Sebelumnya, seluruh maskapai nasional yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) telah menurunkan harga tiket pesawat untuk penerbangan rute domestik sejak Jumat, 11 Januari 2019. Harga tiket pesawat turun berkisar 20 persen-60 persen
Menindaki hal tersebut, Ketua Umum INACA Ari Ashkara coba meminta kepada regulator dan operator untuk menurunkan harga bahan bakar untuk pesawat terbang (avtur) hingga 10 persen.
Sebab, dia mengatakan, avtur merupakan kebutuhan paling besar dalam pengoperasian pesawat, yakni dapat mencapai 45 persen.
"Komponen paling besar adalah fuel (bahan bakar), menyumbang 40 sampai 45 persen dari biaya maskapai penerbangan. Kita juga sudah dapat support dari Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan dan ESDM, untuk menurunkan harga avtur," jelasnya di Jakarta, Minggu 13 Januari 2019.
Secara komposisi, ia menyebutkan, komponen lain yang juga memakan banyak ongkos yakni pembiayaan barang modal atau leasing. Itu lantaran proses pembayaran menggunakan dolar Amerika Serikat (USD) yang secara nilai tukar masih di atas Rp 14 ribu.
"Impact-nya adalah komposisi paling besar fuel 40 persen, lalu 20 persen adalah leasingpesawat. Dalam hal ini menggunakan USD, kurs juga yang menyebabkan. Dan untuk fasilitas terminal atau airpot sekitar 2-10 persen," urainya.
Ari pun berharap, penurunan harga tiket pesawat bisa diiringi dengan adanya pengurangan ongkos bahan bakar pesawat dari PT Pertamina (Persero) demi memudahkan pihak maskapai penyedia jasa penerbangan.
"Dari INACA kami berharap, bisa menurunkan cost atau tarif atau harga variabel cukup signifikan. Kami berharap Pertamina bisa menurunkan 10 persen," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement