Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Internasional EP, akan membawa pulang minyak mentah sebanyak 8 juta barel dari Blok Minyak dan Gas (MIGAS) yang dikelola di luar negeri.
Presiden Direktur Pertamina Internasional EP Denie S.Tampubolon mengtakan, Pertamina Internasional EP beroperasi di 12 negara. Ladang yang ada di luar negeri ini digarap langsung oleh Pertamina atau melalui mitra.
Pertamina memiliki ladang minyak di luar negeri dengan alasan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. "Keberadaan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional," kata Denie, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (17/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Produksi minyak mengalami kenaikan dari 102 ribu barel per hari (bph) menjadi 112 ribu bph. Untuk produksi gas 300 juta kaki kubik per hari (MMsCFD) naik dari 299 MMsCFD.
Menurut Denie, dari produksi minyak tersebut 8 juta barel minyak dibawa ke dalam negeri, naik dari tahun sebelumnya 6,5 juta barel. Kenaikan produksi tersebut merupakan hasil dari pengembangan lapangan migas.
"Mayoritas kita bawa ke Indonesia, tahun ini 8 juta barel," tuturnya.
Minyak yang dibawa pulang ke Indonesia akan diolah di fasilitas pengolahan minyak (kilang) dalam negeri. Namun, karena faktor kehandalan kilang, Pertamina Internasional EP tidak membawa pulang semua minyaknya. Oleh sebab itu program pembangunan dan peremajaan kilang sangat dinantikan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina Mulai Transisi Pengelolaan Blok Rokan
PT Pertamina (Persero) memulai masa transisi pengolahan Blok Rokan di Riau untuk menjaga tingkat produksi minyak. Transisi dilakukan sebelum Pertamina resmi menjadi operator pasca kontrak Chevron Pacific Indonesia habis pada 2021.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan, perusahaan sudah membuat anak usaha untuk mengelola Blok Rokan pada 22 Desember 2018, serta menandatangani ketentuan dimulainya masa transisi dengan Chevron Pacific Indonesia.
BACA JUGA
"Jadi sudah terjadi penandatanganan transisi antara Pertamina dan Chevron," kata Dharmawan, saat menghadiri Workshop Media 2019, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Dia menyebutkan, dalam masa transisi Pertmina akan melakukan peremajaan ruas pipa Minas-Duri-Dumai, Balam-Bangko-Dumai. Pipa tersebut diganti lebih awal sebelum 2021, untuk menghindari penghentian kegiatan operasi saat Pertamina sudah menjadi operator.
Saat ini Pertamina sedang melakukan kajian untuk penggantian pipa, sehingga proyek tersebut bisa diesekusi pada tahun ini. Namun dia belum bisa menyebutkan investasinya.
"Harus diganti sebelum 2021 karena memang sudah harus diganti, tetapi kalau harus menunggu 2021 pipa itu bisa berhenti produksi harus dirawat," tutur dia.
Dia melanjutkan, dalam masa transisi Pertamina juga melakukan pengeboran sumur di Blok Rokan. Hal ini untuk mempertahankan tingkat produksi minyak dari Blok Rokan yang menjadi andalan produksi nasional.
"Kedua adalah program pengeboran yang memungkinkan Pertamina partisipasi, ini tidak sederhanan karena secara legal masih dikelola Chevron," tuturnya.
Menurut Dharmawan, dalam masa transisi akan dilakukan transfer pengetahuan pengelolaan Blok Rokan dari pihak Chevron Pacific Indonesia."Tindak lanjut komite dilakukan secara periodik, untuk mendesain rencana. Ini sebuah model sangat baik," tandasnya.
Advertisement