Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Internasional EP mengalokasikan investasi USD 110 juta, untuk meningkatkan produksi dari sumur minyak dan gas bumi (migas) yang digarap di luar negeri.
Presiden Direktur Pertamina Internasional EP Denie S Tampubolon mengatakan, Pertamina menaikkan investasi bisnis hulu di luar negeri sebesar USD 174 juta pada tahun ini, dari sebelumnya USD 110 juta.
Advertisement
"Investasi PIEP sebesar USD 174 juta, " kata Denie, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (17/1/2018).
Kenaikan investasi tersebut untuk memodali peningkatan kegiatan pencarian migas. Dari aset hulu di luar negeri pada tahun ini mencatatkan kenaikan target produksi 112 ribu barel per hari (bph) dan gas 300 MMSCFD.
Sementara pada 2018 memproduksi 102 ribu barel per hari minyak dan gas sebanyak 299 MMSCFD. Hasil migas tersebut berasal dari tiga aset utama di Algeria, Irak, Malaysia, dan 9 negara lain. "Kita ada di 12 negara, sebagian dikelola langsung, sebagian dikelola mitra," tuturnya.
Untuk mendorong produksi migas, program kerja utama adalah pengeboran 28 sumur pengembangan di 2019 dari 18 sumur di 2018.
Kenaikan produksi tersebut diharapkan meningkatkan lifting minyak mentah untuk dibawa ke kilang Pertamina di Indonesia 8 juta barel dari tahun sebelumnya 6,5 juta barel. "Mayoritas kita bawa ke Indonesia, tahun ini 8 juta barel," tandasnya.
Pertamina Hasilkan Migas Sebesar 768 Ribu Barel Setara Minyak
PT Pertamina (Persero) mencatat produksi minyak dan gas (migas) sepanjang 2018 mencapai 768 ribu barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEPD). Angka ini 42 persen lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi migas pada 2017 yang sebesar 542 ribu BOEPD.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengtakan, produksi minyak Pertamina pada 2018 mencapai 291 ribu barel per hari (bph) atau meningkat 22 persen dibandingkan realisasi 2017 yang tercatat 238 ribu bph.
Baca Juga
Sedangkan, produksi gas Pertamina pada 2018 tercatat sebesar 2.763 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau naik 57 persen dari 2017 yang 1.760 MMSCFD.
Sedangkan jika dibandingkan dengan target produksi 2018 sebesar 290 ribu bph, maka realisasi produksi minyak melebihi target. Untuk gas dengan target produksi 2,782 MMSCFD hanya tercapai 99,3 persen.
"Kenapa lifting gas nggak bisa diproduksi karna sebagian untuk power generator, untuk pompa mengangkat minyak bukan karena inefisiensi tapi kebutuhan operasi," kata Dharmawan, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Menurut dia, peningkatan produksi mingas pada 2018 berasal dari kombinasi keberhasilan upaya meningkatkan produksi, serta menahan laju penurunan produksi dari aset-aset yang sudah beroperasi.
Selain pencapaian di atas, beberapa Wilayah Kerja (WK) terminasi yang dialihkelolakan kepada Pertamina sudah masuk ke dalam sistem produksi Pertamina, antara lain WK Mahakam, WK Sanga-Sanga, WK East Kalimantan, dan WK OSES (Offshore South East Sumatera).
Sementara aset Pertamina di luar negeri yang dikelola melalui anak usaha Pertamina Internasional EP (PIEP) pada 2018 memproduksi 102 ribu barel per hari minyak dan gas sebanyak 299 MMSCFD. Ini dihasilkan dari tiga aset utama di Algeria, Iraq, Malaysia, dan 9 negara lain.
"Kinerja hulu Pertamina menunjukkan tren positif dan akan terus dipertahankan, sebagai bukti Pertamina sebagai perusahaan energi nasional menjalankan amanah pemerintah untuk menopang pemenuhan kebutuhan energi Nasional," tandasnya.
Advertisement