Liputan6.com, Jakarta - Selesai sudah debat capres dan cawapres babak pertama untuk Pemilu 2019, yang berlangsung di Hotel Bidakara Jakarta malam kemarin, 17 Januari 2019.
Masyarakat Indonesia telah melihat bagaimana pasangan capres-cawapres nomor urut 1 petahana Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno beradu retorika soal isu HAM, hukum, terorisme dan korupsi.
Tak hanya menjadi perhatian bangsa, debat semalam juga menuai sorotan dari sejumlah media internasional, dengan masing-masing menulis ulasannya tentang bagaimana para pasangan capres-cawapres bersilat lidah.
Baca Juga
Advertisement
"Itu disebut sebagai perdebatan besar tentang hukum, korupsi, terorisme dan hak asasi manusia," kata jurnalis the Sydney Morning Herald Australia, James Massola dalam ulasannya berjudul 'Jokowi vs Prabowo: Indonesian presidential debate robotic, risk-averse', rilis pada Jumat (18/1/2019).
"(Tapi) mereka (para pasangan calon) terlihat seperti robot dengan memberikan jawaban yang tidak mau mengambil risiko, yang tampaknya dirancang untuk membuat lawan mereka bosan dengan sendirinya," lanjut Massola.
Apa yang diulas oleh Massola menggemakan kembali sejumlah kritik dari publik dalam negeri, dengan beberapa di antaranya mengatakan bahwa silat lidah semalam cenderung 'kurang menarik', ulas Australia Broadcasting Corp. (ABC.net.au) yang menjaring sejumlah komentar warganet Indonesia.
"Indonesians disappointed by highly anticipated first presidential debate ahead of April election," jurnalis ABC.net.au, Erwin Renaldi memasang tajuk berita ulasannya.
Sementara itu, surat kabar Singapura The Strait Times juga menyorot debat semalam, lewat beritanya yang berjudul "First Indonesian presidential debate between Jokowi and Prabowo kicks off".
Sedangkan kantor berita Amerika Serikat, the Associated Press (AP) menyorot debat semalam dengan berita berjudul 'Indonesian presidential campaign heats up with first debate.'
"Presiden Jokowi menggemakan kerjanya dalam mengembangkan infrastruktur Indonesia selama periode lima tahunnya," tulis jurnalis AP, Stephen Wright.
"(Sementara) kubu Prabowo menghadapi tantangan tentang bagaimana mereka harus menyiapkan agenda ekonomi alternatif untuk bersaing dengan Jokowi," tulis Wright, mengutip analisis dari Alexander Arifanto, pakar Indonesia dari S. Rajaratnam School of International Studies Singapura.
Surat kabar ternama AS, The Washington Post, juga menyorot debat capres-cawapres perdana, dengan merilis ulang berita AP berjudul "Indonesian presidential candidates spar over corruption."
Publikasi jurnal milik surat kabar Jepang, Nikkei Asian Review, menyoroti dengan judul 'Indonesia's presidential race heats up ahead of first debate'.
"Perdebatan menandai dimulainya kampanye penuh, tetapi para kandidat telah beradu taji saat mereka menguraikan kembali platform kampanye mereka dalam beberapa pekan terakhir," tulis Nikkei.
Sementara media ekonomi AS, Bloomberg, memasang berita ulasan debat capres-cawapres dengan judul, 'Indonesian Presidential Candidates Debate Corruption, Terrorism'.
"Presiden Indonesia Joko Widodo berjanji untuk mengintensifkan perang melawan korupsi melalui penunjukan politis berdasarkan prestasi dalam debat presiden pertama. Sementara penantangnya, Prabowo Subianto memperdebatkan bayaran yang lebih tinggi bagi birokrat untuk mengatasi ancaman korupsi yang dianggap menghambat perkembangan negara," tulis Bloomberg.
"Berusaha untuk memenangkan suara para swing-voters, Jokowi mempertahankan rekam jejaknya dalam korupsi, terorisme, reformasi hukum dan hak asasi manusia dalam debat presiden hari Kamis, sementara Prabowo, mengajukan pemerintahan yang tegas untuk mengatasi korupsi dan ancaman kelompok teror asing dan dalam negeri."
"Meskipun ekonomi telah menjadi pusat perhatian dalam kampanye pemilu, serangan teroris sporadis dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dari Papua ke Aceh telah menjadi catatan tersendiri pada masa jabatan Jokowi, memungkinkan penantangnya, Prabowo, memproyeksikan dirinya sebagai orang kuat yang mampu menangani masalah-masalah ini dengan lebih efektif," ulas media ekonomi itu.
Simak video pilihan berikut:
Dubes Inggris untuk Indonesia Hadir di Debat Capres dan Cawapres Perdana
Representasi sorotan dunia atas debat semalam juga ditunjukkan dengan hadirnya duta besar negara sahabat di Hotel Bidakara.
Kepada media, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik menyatakan perhelatan debat capres adalah hal yang menarik dalam negara demokrasi.
"Saya harap tercipta debat menarik dengan pikiran maju, saya kira harapan rakyat besar, harapan negara sahabat juga besar," kata Moazzam di lokasi debat capres dan cawapres, Kamis (17/1/2019).
Moazam berharap, melalui proses demokrasi, Indonesia dapat terus melaju ke kancah panggung dunia. Menjadi negara demokrasi yang semakin hebat.
"Kami ingin melihat Indonesia mandiri maju, memainkan peran di panggung dunia," jelas dia.
Lebih lanjut, Moazam mengaku senang dengan perhelatan debat capres dan cawapres ini. Moazzam juga ingin mendengar langsung pemaparan dan pendekatan para kandidat pada isu HAM, terorisme, hukum, dan korupsi.
"Jadi isu-isu itu sangat penting ya, berfokus pada hal itu," tandas Moazzam.
Advertisement