Liputan6.com, Louisville - Seorang pejabat Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, membeberkan pada hari Rabu bahwa bandara di kota ini akan segera berganti nama menjadi Muhammad Ali untuk menghormati petinju legendaris tersebut.
Wali Kota Louisville, Greg Fischer, mengatakan bahwa Ali --yang merupakan pria kelahiran Louisville-- telah mengilhami miliaran orang di seluruh dunia dengan prestasi dan kesederhanannya, meski ia adalah seorang juara tinju dunia.
Baca Juga
Advertisement
Fishcher juga menuturkan, ia sendiri pun kagum dengan sikap keterbukan Ali yang memutuskan untuk memeluk Islam. Demikian menurut Courier-Journal yang dilansir The Hill dan dikutip Liputan6.com pada Jumat (18/1/2019).
Proses penggantian nama Bandara Internasional Louisville menjadi Bandara Internasional Louisville Muhammad Ali, diharapkan selesai pada Juni tahun ini, tepat ketika kota tersebut sedang menyelenggarakan festival "I Am Ali", acara tahunan untuk menghormati sang legenda.
"Muhammad Ali adalah milik dunia, tetapi dia hanya memiliki satu kampung halaman, dan kota itu adalah Louisville," kata Fischer. "Ia menjadi salah satu orang paling terkenal yang pernah berjalan di muka Bumi dan telah meninggalkan warisan kemanusiaan. Ia adalah atletis yang telah mengilhami miliaran orang."
Pengumuman pergantian nama bandara akan dikabarkan tepat sehari sebelum tanggal kematian Muhammad Ali, yang meninggal pada 3 Juni 2016.
Sementara itu, pejabat bandara kini sedang melakukan proses negosiasi dengan keluarga Ali guna mendapatkan persetujuan untuk penggunaan nama Muhammad Ali.
Di satu sisi, langkah ini juga diharapkan bisa meningkatkan perekonomian Louisville di sektor pariwisata.
"Saya pikir, 99 persen penduduk di sini sepakat dengan keputusan itu, sehingga nantinya akan segera kita lakukan dalam satu atau dua minggu ke depan," ucap Dan Mann, direktur eksekutif dari Otoritas Bandara Regional Louisville, mengatakan kepada Courier- Jurnal.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Muhammad Ali Benci Naik Pesawat
Dalam sebuah wawancara bersama sejarawan Jim Jacobs, yang diarsipkan oleh Boxing Hall of Fame, pada tahun 1970, Muhammad Ali mengakui bahwa dirinya memang sangat takut naik pesawat. Aviophobia ini sudah ia rasakan sejak ia masih petinju amatir.
Bahkan ia membenci segala jenis burung besi. Fakta ini bertentangan dengan karakternya yang pemberani di ring tinju.
Wawancara itu dilakukan menjelang pertarungannya dengan Jerry Quarry, saat kembalinya Ali ke arena pertarungan setelah ia dilarang selama lebih dari tiga tahun karena menolak untuk bertugas di militer selama Perang Vietnam.
Bagi Ali, sebuah pesawat yang bergolak atau terkena turbulensi lebih menakutkan ketimbang lawannya, Quarry atau Joe Frazier, saingan yang pernah Ali lawan untuk pertama kalinya setelah masa-masa vakum.
Menjelang tahun 80-an, Ali akhirnya mengalahkan rasa takutnya untuk terbang. Menurutnya, profesi yang dilakoninya telah menjadi "makanan sehari-hari" dan harus berhubungan dengan dunia aviasi.
Di waktu lain, Ali pernah mengungkapkan bahwa ia --selama masa hidupnya-- merasa amat menikmati duduk di kokpit dengan pilot. Bahkan ia ingin membeli pesawat dan helikopter pribadi. Ali merasa sangat nyaman saat berada di kabin, sehingga keselamatannya hampir dinomor-duakan.
"Suatu kali, ketika seorang pramugari memerintahkannya untuk mengencangkan sabuk pengaman, dan Ali menjawab, 'Superman tidak memerlukan sabuk pengaman,'" tulis Jonathan Eig, penulis buku "Ali: A Life".
Eig melanjutkan, "Si pramugari membalas, 'Superman tidak membutuhkan pesawat, Pak!'"
Advertisement