Liputan6.com, Yogyakarta -Y Siapa yang sangka, kepompong larva ulat daun singkong ternyata bisa diubah menjadi kain sutera yang indah. Di tangan fashion desainer muda Adelina Natasha, hal tersebut bukan suatu hal yang mustahil.
Kain sutera singkong dibuat secara tradisional dengan mengandalkan alat tenun non-mesin. Hasilnya menakjubkan, selain punya tekstur yang lembut, kain ini juga unik karena dilengkapi dengan "slub", sebuah benang yang dipakai untuk tenun terdapat benjolan kecil dan halus. Itu juga yang membuatnya tampak alami.
Advertisement
Sutera singkong yang terbuat dari kepompong ulat sutra atau yang bernama latin Samia Cynthia Rucini/Eri ini tidak seperti ulat sutra mori Bombix, pupa (biasanya tinggal di cangkang tertutup yang disebut kepompong) dibiarkan hidup untuk tumbuh menjadi ngengat.
"Sutera singkong itu 100 persen sutera dari ulat sutera Samia dan daun singkong. Ulatnya makan daun singkong," katanya kepada Liputan6.com, Kamis (17/1/2019).
Adeline mengatakan kain sutera singkong ini belum banyak yang menggunakan di bidang fashion. Sehingga ia tertarik untuk mengembangkan sutera singkong ini.
"Baru di tahun 2018 sutera singkong ini dikembangkan. Desember 2018 lalu saya mulainya," katanya.
Menurut Adeline kain sutera singkong itu ia dapatkan langsung dari produsen kain di Kulon Progo DIY. Kain sutera singkong ini semua benangnya ditenun sendiri oleh wanita desa dengan alat tradisional yang disebut Jantra dan alat tenun non-mesin berteknik khusus.
"Kain ini baru ada dikembangin di Kulon Progo. Di Jogya baru di Kulon Progo," katanya.
Adeline menyebut belum banyak fashion designer yang menggunakan bahan jenis sutera singkong ini. Ia pun akhirnya memilih kain sutera singkong ini masuk dalam salah satu design pakaiannya.
"Masih baru ini (sutera singkong) dan mau naik," katanya. Ia pun sudah membuat pakaian dari sutera singkong ini dan akan dipamerkan dalam waktu dekat.
"Selain pakaian nanti bisa dibuat untuk tas, sepatu sama syal," katanya.
Mampu Menyesuaikan Suhu
Bekerja sama dengan Jamtra Silk, Adeline kini berusaha mengembangakan kain sutera singkong. Menurutnya tidak mudah mendapatkan bahan sutra singkong ini karena prosesnya yang rumit.
"Lebih susah jenis kain belum bisa ditenunkan jadi masih pakai manual," katanya.
Adeline memilih sutera singkong karena hasil kainnya berbeda dengan sutra biasanya. Kain sutera singkong yang mampu menyesuaikan suhu inilah membuatnya memilih kain sutera ini.
"Seratnya lebih tebal tidak shinee tapi karakternya sama dipakai panas tetap adem tapi ketika dipakai cuaca dingin dia akan hangat," katanya.
Ia tertarik mengenalkan kain sutera singkong karena unik dan belum ada yang pakai bahan itu. Walaupun ia sempat ragu namun akhirnya kain dengan desainnya mampu menarik masyarakat.
"Awalnya ragu-ragu bisa ga? ternyata bisa saya padu padankan dengan lain kayak denim payet dan lain-lain terlihat lebih mewah. Ada sentuhan terlihat lebih wah," katanya.
Kain jenis ini pun pernah dikirimkan ke fashion designer di Paris. Mereka tertarik karena bahannya mampu menyesuaikan suhu dingin Eropa.
"Mengedukasi masyarakat bahwa ada sutra jenis baru. Menceritakan storinya ini sutera juga tapi dari singkong," katanya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement