Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik 3 persen pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Harga minyak mampu naik tinggi setelah OPEC merinci secara spesifik kegiatan pengurangan produksi untuk mengurangi pasokan minyak mentah di dunia.
Selain itu, adanya titik cerah pada penyelesaian perang dagang antara AS dengan China juga ikut menjadi katalis kenaikan harga minyak.
Mengutip Reuters, Sabtu (19/1/2019), harga minyak mentah jenis Brent naik USD 1,64 atau 2,7 persen menjadi USD 62,82 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS atau West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,70 atau 3,3 persen menjadi USD 53,77 per barel.
Baca Juga
Advertisement
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Jumat mengeluarkan daftar pengurangan produksi minyak oleh para anggotanya dan produsen utama lainnya selama enam bulan. Pengurangan tersebut mulai dijalankan pada 1 Januari.
Dirilisnya daftar pengurangan produksi tersebut untuk meningkatkan kepercayaan pada pakta pengurangan pasokan minyak.
"Ini akan mengirim sinyal ke pasar bahwa mereka serius," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group, Chicago, AS.
"Saya pikir OPEC juga ingin menunjukkan bahwa mereka mungkin akan sangat patuh dengan angka-angka ini, terutama Arab Saudi." imbuhnya.
Untuk diketahui, OPEC dan beberapa negara lain termasuk Rusia pada Desember 2018 sepakat untuk kembali mengurangi produksi, sebesar 1,2 juta barel per hari, untuk mendukung harga minyak dan memerangi kelebihan pasokan tengah meningkatnya produksi, terutama dari Amerika Serikat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak turun sekitar 2 persen. Penurunan tersebut memperpanjang penurunan yang terjadi baru-baru ini di tengah kekhawatiran tentang melonjaknya produksi minyak AS dan permintaan global yang menurun.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam laporan pasar bulanannya memangkas perkiraan permintaan rata-rata minyak mentah pada 2019 menjadi 30,83 juta barel per hari, turun 910.000 barel per hari dari rata-rata 2018.
OPEC mengatakan produksinya turun 751.000 barel per hari pada bulan Desember, menunjukkan sedang berupaya untuk memenuhi persyaratan pakta untuk memotong produksi antara negara-negara dan produsen lain, termasuk Rusia.
Meskipun OPEC dan eksportir sekutunya memangkas produksi, output minyak AS justru melonjak mendekati 12 juta barel per hari pada minggu terakhir. Beberapa pedagang dan investor khawatir bahwa pertumbuhan pasokan global tahun ini akan melebihi permintaan.
"Itu akan membebani pasar setidaknya sampai kita mendapatkan beberapa informasi baru, termasuk dari OPEC," kata Thomas Saal, Wakil Presiden Senior INTL Hencorp Futures di Miami.
Tetap saja, kata Saal, investor sudah memperkirakan peningkatan produksi AS dan memberi harga ke pasar, "Jadi itu sebabnya harga turun sedikit dan tidak turun banyak," tegas dia.
Output minyak AS telah naik sebesar 2,4 juta barel per hari sejak Januari 2018 dan stok minyak mentah dan produk olahan meningkat tajam, menurut data Administrasi Informasi Energi AS.
Advertisement