Jokowi dan Prabowo Harus Bisa Ajak Milenial Bangun Sektor Pertanian

Milenial makin malas masuk ke sektor pertanian. Hal tersebut menjadi tantangan bagi calon presiden.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jan 2019, 19:40 WIB
Petani memanen padi varietas Ciherang di areal persawahan Desa Ciwaru, Sukabumi, Sabtu (23/6). Petani mengeluhkan harga gabah kering panen saat ini Rp 488 ribu/kwintal dibanding tahun lalu yang menembus Rp 600 ribu/kwintal. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan kedua calon presiden RI yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto harus mampu membuat kaum milenial tertarik masuk ke sektor pertanian.

Hal itu bukan tanpa alasan. Mengingat saat ini infrastruktur untuk menunjang pertanian seperti pembangunan bendungan, irigasi hingga embung sudah banyak dibangun oleh pemerintah.

"Milenial makin malas masuk ke sektor pertanian dan industri dan inilah yang harus dijawab oleh pak Jokowi maupun pak Prabowo," kata Bhima dalam sebuah acara diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (19/1/2019).

Bhima menjelaskan saat ini infrastruktur untuk mendorong sektor pertanian sudah mulai memadai. Namun kenyataannya, petani di Indonesia tidak mengalami regenerasi.

"Bikin bendungan, bikin irigasi, belum termasuk dana desa untuk bikin jalan desa. Sementara rata-rata petani di Indonesia itu umurnya lebih dari 45 tahun, jadi milenial gak memguasai sektor pertanian. Ada infrastruktur sudah dibangun, kalau petaninya generasi X, yang jadi pertanyaan ngaruh gak nanti sektor pertanian untuk milenial?," ujarnya.

 


Pendekatan Khusus

Petani memanen padi varietas Ciherang di areal persawahan Desa Ciwaru, Sukabumi, Sabtu (23/6). Petani mengeluhkan harga gabah kering panen saat ini Rp 488 ribu/kwintal dibanding tahun lalu yang menembus Rp 600 ribu/kwintal. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Bhima mengatakan harus ada pendekatan khusus kepada milenial agar tertarik untuk masuk sektor pertanian dibanding memilih merantau ke kota besar untuk bekerja di perusahaan.

"Infrastruktur terus dibangun di pedesaan, milenialnya dipaksa untuk balik dari kota, justru harus balik ke sektor pertanian," ujarnya.

Bhima mengungkapkan saat ini ada fenomena baru dimana milenial lebih tertarik masuk ke sektor start up seiring kemajun jaman. Sayangnya, baru beberapa start up yang bergerak di sektor pertanian.

"Hampir 90 persen start up masuk sektor jasa, kurang dari 10 persen yang bener-bener ingin revitalisasi sektor pertanian. Hanya satu dua start up sektor pertanjan, lainnya adalah e-commerce dan fintech yang lebih basis perkotaan yang internetnya relatif lebih cepat," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya