Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan berupaya untuk membuat tarif angkutan tidak naik.
Hal ini usai Mantan Direktur Utama Angkasa Pura II tersebut mendengarkan beberapa aspirasi masyarakat terkait tarif angkutan transportasi yang beberapa waktu lalu mengalami peningkatan.
Baca Juga
Advertisement
"Saya memang ditugaskan untuk menangkap aspirasi masyarakat, berkaitan dengan tarif, berkaitan dengan kemudahan-kemudahan angkutan transportasi. Oleh karenanya tadi pertanyaan yang disampaikan juga jelas bahwa tarif-tarif itu sebaiknya jangan ada suatu kenaikan," ujar dia di Jakarta, Minggu (20/1/2019).
Budi menyampaikan, dirinya beserta jajaran Kemenhub terus berupaya agar masih dalam batas daya beli masyarakat.
"Arahan Pak Presiden, tarif-tarif itu sedapat mungkin tidak naik karena daya beli masyarakat terbatas. Kalau di kota-kota sepanjang utara Pulau Jawa yang dilalui kereta api kita dapat mengandalkan tarif-tarif yang ada sekarang. Tapi kalau berkaitan dengan internasional, tentunya pesawat kita upayakan agar tarif-tarif itu dalam suatu jangkauan atau kenaikan yang bijaksana," jelas dia.
Menurut Budi, bila tarif angkutan transportasi terjangkau dan masih masuk dalam daya beli masyarakat, maka akan memicu kegiatan ekonomi lain seperti perdagangan dan pariwisata untuk semakin berkembang.
"Harapannya dengan tarif-tarif yang tidak naik itu justru memicu kegiatan-kegiatan ekonomi yang lain. Sehingga masyarakat bisa bergerak untuk berdagang, mereka bisa berwisata dan sebagainya. Karena kita ingin sekali perdagangan dan pariwisata itu menjadi suatu hal andalan bagi masyarakat," tandas dia.
Kenaikan Tarif Angkutan Udara dan Telur Ayam Penyebab Inflasi Desember
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, inflasi pada Desember 2018 sebesar 0,62 persen. Inflasi ini sebagian besar dipengaruhi kenaikan tarif angkutan udara dan harga telur ayam.
"Secara umum dipengaruhi oleh tarif kenaikan udara, harga telur ayam ras, dan daging ayam ras. Itu tiga komponen utama," ujarnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Suhariyanto merinci, pada Desember bahan makanan memberi sumbangsih inflasi sebesar 1,45 persen. Dari 11 subkelompok pada kelompok ini, 10 subkelompok mengalami inflasi dan 1 subkelompok mengalami deflasi.
Baca Juga
Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 3,97 persen dan terendah subkelompok kacang-kacangan sebesar 0,16 persen. Sementara subkelompok yang mengalami deflasi, yaitu subkelompok Iemak dan minyak sebesar 0,20 persen.
"Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi, yaitu air kemasan dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen," kata Suhariyanto.
Sementara itu, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 1,28 persen. Dari 4 subkelompok pada kelompok ini, 2 subkelompok mengalami inflasi dan 2 subkelompok tidak mengalami perubahan.
"Kelompok ini pada Desember 2018 memberikan andiI sumbangan inflasi sebesar 0,24 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi, yaitu tarif angkutan udara sebesar 0,19 persen, tarif kereta api sebesar 0,03 persen dan tarif angkutan antar kota sebesar 0,01 persen," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement