Liputan6.com, Juba - Pasukan Amerika Serikat melakukan serangan udara di Somalia. Operasi tersebut menewaskan 52 militan Al-Shabab.
The Guardian yang dikutip Minggu (20/1/2019), melaporkan bahwa militer AS mengatakan pihaknya melakukan serangan udara di Somalia, menanggapi serangan terhadap pasukan Somalia.
Advertisement
Sementara New York Post menyebutkan, serangan udara militer AS pada Sabtu 29 Januari itu adalah yang paling mematikan di Somalia dalam beberapa bulan terakhir.
Kelompok Al-Shabab mengendalikan sebagian besar pedesaan Somalia selatan dan tengah, mereka terus melakukan serangan terhadap militer dan pemerintah di ibu kota, Mogadishu, dan di sejumlah tempat lain. Teroris tersebut juga mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan di sebuah kompleks hotel mewah di Nairobi, Kenya pada Selasa 16 Januari 2019.
Sebuah pernyataan Komando Afrika AS mengatakan serangan udara itu terjadi pada Sabtu 19 Januari waktu setempat, di dekat Jilib di wilayah Juba Tengah. Pihak AS mengatakan pasukan Somalia diserang oleh "kelompok besar" ekstremis yang terkait Al-Qaeda.
Pernyataan itu tidak mengatakan berapa banyak pasukan Somalia yang terbunuh atau terluka. Pun demikian dengan laporan orang Amerika yang jadi korban.
Al-Shabab menegaskan melalui kantor berita Shahada bahwa serangannya terhadap dua pangkalan militer Somalia dan menewaskan sedikitnya 41 tentara. Mereka menggambarkan lokasi serangan merupakan daerah Bar Sanjuni yang dekat kota Pelabuhan Kismayo.
Sejauh ini belum ada komentar langsung dari pemerintah Somalia.
Di negara tetangga Ethiopia, televisi pemerintah mengutip Kementerian Pertahanan mengatakan lebih dari 60 militan Al-Shabab terbunuh dan empat kendaraan yang sarat dengan bahan peledak telah dihancurkan.
Ethiopia berkontribusi pasukan untuk misi penjaga perdamaian Uni Afrika multinasional di Somalia, negara itu memiliki pasukan di sana secara independen di bawah komando tentara Ethiopia.
Saksikan juga video berikut ini:
Serangan Militer AS Meningkat di Era Donald Trump
AS telah secara dramatis meningkatkan serangan udara terhadap Al-Shabab di Somalia sejak Donald Trump menjabat. Sejauh ini setidaknya sudah 47 serangan tercatat.
Beberapa di antara serangan tersebut menargetkan pemimpin atau pejabat keuangan utama kelompok ekstremis mendanai serangan dengan jaringan 'pajak' luas dan pemerasan.
Pada Oktober, AS mengatakan serangan udara menewaskan sekitar 60 militan di dekat komunitas Harardere yang dikendalikan Al-Shabab di Provinsi Mudug di bagian tengah negara itu.
"Serangan udara menghambat kelompok ekstremis tetapi belum secara serius menurunkan kemampuan Al-Shabab untuk melakukan serangan baik di dalam maupun di luar Somalia", ujar seorang pakar terkait ekstremis dari Sahan Research Matt Bryden setelah serangan hotel Nairobi.
"Serangan udara saja tidak dapat mengalahkan para ekstremis," kata Bryden, "dan harus dikombinasikan dengan serangan-serangan yang lebih berbasis darat serta kampanye non-militer untuk memenangkan penduduk dari daerah-daerah yang dikuasai para ekstremis."
AS pada Sabtu 19 Januari juga mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mencegah Al-Shabab mengambil keuntungan dari tempat berlindung yang aman untuk menyerang orang-orang Somalia.
Advertisement