Menilik Lokasi Pengasingan Penderita Kusta di Gorontalo

Pada masa peralihan dari pemerintahan Jepang atas usaha dari beberapa anggota masyarakat daerah Kabupaten Gorontalo, yang diprakarsai oleh salah satu dokter bernama AloeiSaboe, gudang tersebut diminta dari pemerintah Jepang untuk dijadikan tempat khusus.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 20 Jan 2019, 18:01 WIB
Lokasi Pengasingan Penderita Morbus Hansen di Gorontalo (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Penyakit kusta, yang lebih dikenal dengan Morbus Hansen atau lepra, adalah infeksi kulit kronis yang disebabkan bakteri Mycobacterium leprae.

Lepra termasuk penyakit tertua dalam sejarah, dikenal sejak tahun 1400 Sebelum Masehi. Kusta merupakan penyakit menular yang dianggap berbahaya kala itu. Maka tak heran jika di Gorontalo pada tahun 1942 terdapat tempat pengasingan para pengidap penyakit kusta.

Tepatnya di Desa Permata, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, terdapat satu gedung peninggalan penjajah Jepang, atau yang disebut Bokuka dalam bahasa Jepang yang diartikan sebagai gudang perbekelan mereka.

Gedung itu diserahkan pemerintah Belanda pada masa peralihan kekuasaan setelah Gorontalo memproklamasikan kemerdekaanya pada 23 Januari 1942.

Di masa peralihan, gudang tersebut diminta dari pemerintah Jepang untuk dijadikan tempat khusus menampung orang-orang yang mengidap penyakit kusta. Peralihan itu atas usaha dari anggota masyarakat daerah Kabupaten Gorontalo yang diprakarsai dokter bernama AloeiSaboe.

Waktu itu penderita-penderita penyakit tersebut harus diasingkan jauh dari keluarga dan masyarakat umum, oleh karena penyakit kusta terkenal sebagai penyakit menular yang sangat berbahaya dan sangat ditakuti.

"Dulu penyakit kusta itu belum ada obatnya, bahkan saking menular dan menjijikkan mereka harus diasingkan jauh dari keluarga," ungkap Aisa Tune, yang sempat menyaksikan tempat pengasingan itu Kepada Liputan6.com.

Dari tahun ke tahun jumlah penderita kusta makin bertambah sampai 305 orang. Penderita berasal dari Kabupaten Gorontalo bahkan dari Sulawesi Tengah dan Kabupaten Minahasa yang pada masa itu masih satu provinsi.

"Dari luar pun banyak yang diasingkan di tempat itu, mulai dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara hingga Ujung Pandang juga masuk," ucapnya.

Gudang tersebut menjadi tempat mengisolir sekaligus menampung penderita yang kemudian dikenal masyarakat dengan sebutan Rumah Sakit Bokuka dan orang Gorontalo mengartikan sebagai tempat penyakit kulit.

"Dulu kami kenal tempat itu dengan sebutan Rumah Sakit Bokuka, atau kami artikan rumah sakit penyakit kulit, sedangkan bokuka tersebut merupakan bahasa jepang yang artinya tempat logistik mereka," ucapnya.

Seiring berjalannya waktu, penderita kusta kala itu makin bertambah. Pemerintah Gorontalo sampai mendatangkan dokter dari berbagai penjuru untuk mengobati para penderita. Seluruh dokter pun bertemu dan merumuskan tempat itu menjadi Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT) karena tempat tersebut berlokasi di Desa Toto kala itu.

Pada tahun 1998 para pengidap kusta berangsur-angsur sembuh dan berkurang, dan mulai saat itu Rumah Sakit Kusta Toto (RSKT) mulai menerima pasien lain selain kusta. Tepat pada 25 Februari 2003 setelah Kabupaten Bone Bolango berdiri, rumah sakit tersebut dijadikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango yang hingga kini berdiri megah dengan fasilitas memadai.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya