10 Orang Petugas Perdamaian PBB Tewas Dibunuh Ekstremis di Mali

Serangan kelompok ekstremis di Mali tewaskan sepuluh orang petugas perdamaian PBB.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Jan 2019, 11:04 WIB
Pasukan perdamaian PBB di Mali (AFP Photo)

Liputan6.com, Bamako - Sebanyak sepuluh petugas perdamaian PBB asal Chad dilaporkan tewas dalam serangan, yang diduga dilakukan oleh militan Muslim di Mali utara, akhir pekan lalu.

Selain itu, sebanyak 25 orang tentara Chad dilaporkan terluka ketika orang-orang bersenjata menyerbu kamp PBB di Aguelhok pada Minggu pagi. Serangan itu berhasil dipukul mundur, beberapa saat setelahnya, kata PBB.

Dikutip dari BBC pada Senin (21/1/2019), misi perdamaian PBB di Mali didirikan pada 2013 untuk memerangi kelompok militan yang beroperasi di negara itu.

Kelompok militan tersebut diketahui secara berkala menyerang pasukan PBB dan pemerintah Mali selama lebih dari satu dekade terakhir.

Cabang Al-Qaeda di Afrika Utara, Maghreb, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, lapor media setempat.

Kejadian serupa juga dilaporkan pernah terjadi pada 2012 silam, ketika sekelompok besar petugas perdamaian ditangkap oleh militan di Mali utara, yang kemudian memicu operasi militer pimpinan Prancis, pada tahun berikutnya.

Lebih dari 15.000 personel --termasuk warga sipil-- turut dikerahkan sebagai bagian dari misi perdamaian PBB tersebut, yang berjuluk Minusma.

Tetapi, hingga saat ini, banyak wilayah di Mali masih di luar kendali pemerintah setempat.

Meski begitu, kelompok garis keras kembali merebut kendali di wilayah utara dan pusat Mali. Mereka memanfaatkan persaingan antarsuku untuk merekrut anggota-anggota baru.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Puluhan Warga Sipil Tewas

Tentara Prancis melakukan patroli di wilayah utara Mali yang bergejolak (AP/Jerome Delay)

Sementara itu, kurang dari sebulan lalu, sekelompok pria bersenjata dilaporkan membunuh 37 warga sipil --yang di antaranya anak-anak-- di Kota Fulani, Mali tengah, tempat kekerasan antarsuku menewaskan ratusan orang pada 2018.

Kekerasan antara suku di Fulani dan kelompok-kelompok saingannya telah memperburuk situasi keamanan di kawasan gurun di Mali.

Daerah seperti itu digunakan sebagai pangkalan oleh para kelompok garis keras, yang diduga memiliki afiliasi dengan Al-Qaeda dan ISIS.

Moulage Guindo, Wali Kota Bankass, yaitu kota terdekat dengan lokasi serangan, mengatakan serangan muncul pada saat panggilan pertama untuk berdoa dalam rangka tahun baru bergema. Serangan itu berlangsung di Desa Koulogon, yang masih menjadi bagian dari Fulani.

Ia mengatakan bagian lainnya Koulogon sebagian besar berpenduduk Dogon, yaitu kelompok suku yang berkaitan dengan warga Donzos. Letak daerah itu adalah satu kilometer dari Desa Koulogon.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya