AirNav: Konstruksi 34 Bandara di Indonesia Tidak Tahan Gempa

AirNav mulai mengubah desain kontruksi menara pengawas bandara agar tahan gempa.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jan 2019, 15:22 WIB
Pemandangan pesawat Garuda Indonesia yang bisa dilihat dari bourding lounge Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (24/04). Terminal ini mampu 25 juta calon penumpang per tahun. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi (AirNav) Indonesia menyatakan sebanyak 34 bandara di Indonesia rawan terdampak gempa bumi. Salah satu sebabnya, struktur bangunan masih menggunakan kontruksi lama, yakni beton.

Mengatasi kondisi itu, Direktur AirNav Indonesia Novie Riyanto mengatakan, pihaknya mulai mengubah desain kontruksi menara pengawas bandara agar tahan gempa.

"Kita sudah mencari beberapa titik rawan gempa. Supaya tahan gempa, secara bertahap akan bangun dengan konstruksi baja semua. Di atas baja, itu lebih aman, hitungannya di atas radius 10 meter radialnya. Agar tahan gempa dindingnya punya ketebalan hampir 20 sentimeter," kata di Semarang, Senin (21/1/2019). 

Novie mengakui dengan model kostruksi yang baru, biaya yang dikeluarkan akan lebih tinggi. Namun demikian, langkah itu tetap harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak gempa.

"Pastinya buat biaya tinggi, sebab ada semacam batu yang ditanam di situ dengan desain tower yang agak melebar," tutur dia.


Mulai di Palu

Tahap awal, pembangunan menara bandara akan dimulai dari bandara di Palu. Menara di bandara itu roboh saat gempa mengguncang pada Oktober lalu.

"Di Palu sendiri masih dibuat konstruksi baja," kata dia.

Meski begitu, Novie menyebut ada beberapa bandara aman terhadap guncangan gempa seperti bandara di Pontianak. 

"Satu bandara yang aman dari gempa, yakni Bandara Supadio Pontianak salah satu aman dari gempa. Sebab, posisi di tengah Pulau Kalimantan," ucap dia.

Reporter: Danny Adriadhi Utama

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya