Pujian hingga Harapan Mundurnya Edy Rahmayadi dari Ketua Umum PSSI

Mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI memicu beragam tanggapan.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 21 Jan 2019, 17:03 WIB
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi temui pendemo (Liputan6.com/Reza Perdana)

Liputan6.com, Jakarta - Edy Rahmayadi memilih mundur sebagai Ketua Umum PSSI. Kepastian mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI diumumkan langsung saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres PSSI di Hotel Sofitel Bali, Minggu, 20 Januari 2019 kemarin.

Edy yang juga Gubernur Sumatera Utara itu mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI karena merasa gagal mewujudkan mimpi masyarakat Indonesia, yakni membawa timnas Indonesia berprestasi.

Mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI ini pun mendapat beragam tanggapan. Salah satunya dari Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Pria yang karib disapa Bamsoet ini memuji Edy yang mengakui gagal memimpin PSSI.

Selain itu, Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Sumarsono berharap mundurnya Edy dapat membuat dirinya fokus bekerja memimpin Sumatera Utara.

Berikut pujian hingga harapan mundurnya Edy Rahmayadi dari jabatan Ketua Umum PSSI yang dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Akui Kegagalan

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo memberi sambutan saat peluncuran buku "14 Tahun Perjalanan KPK" di Gedung KPK, Jakarta (23/5). Buku tersebut berisi kumpulan foto yang direkam oleh jurnalis foto dan juga humas KPK. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ketua DPR Bambang Soesatyo menghargai keputusan pengunduran diri Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Menurut dia, sangat jarang pimpinan yang mau mundur dari jabatannya karena merasa gagal.

"Secara gentle Edy mengakui mundur sebagai Ketum PSSI karena gagal menjalankan tugas sebagai pucuk pimpinan PSSI. Sangat jarang pimpinan yang mau mengakui kegagalan dan mundur dari jabatan yang diembannya," ujar Bamsoet saat dikonfirmasi, Senin (21/1/2019).

Bamsoet mengatakan, banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh Ketum PSSI pengganti Edy Rahmayadi, untuk membenahi dunia sepak bola di Indonesia.

Terlebih, prestasi timnas sepak bola Indonesia beberapa waktu ini masih belum bisa menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Bamsoet menuturkan hal tersebut juga diperparah dengan terkuaknya kasus mafia sepak bola, terkait dengan pengaturan skor. Untuk itu, dia berharap agar Ketum PSSI baru dapat menyelesaikan kisruh sepak bola di Indonesia.

"Saya berharap Ketum PSSI yang baru harus benar-benar memahami tentang persepakbolaan Indonesia dan dapat memajukan prestasi anak bangsa melalui sepak bola, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Termasuk menyelesaikan karut-marut permasalahan yang ada," kata politikus Golkar itu.

 


2. Fokus Pimpin Sumut

Pasangan Cagub dan Cawagub Sumut Edy Rahmayadi-Ijeck (Liputan6.com/ Reza Efendi)

Edy Rahmayadi resmi mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI pada Kongres Tahunan PSSI di Nusa Dua, Bali, Minggu, 20 Januari 2019. Kini mantan Pangkostrad itu diharapkan fokus bertugas sebagai Gubernur Sumatera Utara (Sumut).

"Mundur dari PSSI, memang lebih baik, supaya bisa konsentrasi melaksanakan tugas sebagai Gubernur Sumut," kata Dirjen Otonomi Daerah, Sumarsono dalam keterangannya, Senin (21/1/2019).

Pria yang akrab disapa Soni ini menuturkan, perihal rangkap jabatan yang sempat diemban Edy Rahmayadi sebelum mundur dari Ketum PSSI itu diatur dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 800/148/SJ yang dikeluarkan pada 17 Januari 2012. Oleh karenanya, Soni mengapreasi langkah Edy, sehingga dapat fokus sebagai kepala daerah.

"Apabila seseorang telah menjabat KDH (kepala daerah), dilarang merangkap jabatan sebagai pengurus organisasi keolahragaan," ucapnya.

Selain itu, terkait larangan rangkap jabatan juga sejalan dengan ketentuan Pasal 40 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan juncto Pasal 56 Ayat 1 PP 56/2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan.

Aturan tersebut menegaskan pengurus komite olahraga nasional, komite olahraga provinsi, dan komite olahraga kabupaten atau kota bersifat mandiri dan tidak terikat dengan kegiatan jabatan struktural dan jabatan publik.

"Salah satu alasannya dilarangnya jabatan rangkap KDH dalam kepengurusan olahraga adalah karena kedudukan KDH rentan pada penyalahgunaan kebijakan yang akan dibuatnya," jelasnya.

 


3. Harapan Pendamping Edy Rahmayadi

Cawagub Sumut Musa Rajekshah berulang tahun (Liputan6.com/ Reza Efendi)

Edy Rahmayadi mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Pengunduran diri Edy diumumkan langsung dalam kongres tahunan PSSI di Nusa Dua, Bali.

Menanggapi pengunduran diri Edy, Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah atau yang akrab disapa Ijeck mengatakan, hal itu merupakan hak pribadi Edy. Menurut Ijeck, Gubernur Sumatera Utara itu pasti memiliki pertimbangan khusus.

"Itu hak Pak Edy untuk memutuskan mundur sebagai Ketua Umum PSSI," kata Ijeck saat menghadiri special screening film 'Orang Kaya Baru' di Ringroad City Walks, Kota Medan, Minggu, 20 Januari 2019.

Ijeck mengaku tidak mengetahui pertimbangan Edy Rahmayadi memutuskan pengundaran dirinya. Pasalnya, Ijeck tidak ikut ke Bali menghadiri kongres PSSI.

Menurutnya, semua orang tahu loyalitas Edy di sepak bola Indonesia. Seperti PSMS yang dahulu tidak ada apa-apanya, karena Edy, PSMS menjadi bangkit. Begitu juga dengan PSSI, yang sepengetahuannya bukan kemauan Edy Rahmayadi untuk menjadi ketua umum.

"Tetapi, karena kemauan dari semua persepakbolaan daerah di Indonesia, sehingga Edy menjadi Ketua Umum PSSI. Setelah beliau menjadi ketua PSSI, baru PSSI diperhatikan, dilihat, dan didengar," ucapnya.

"Beliau sangat cinta dengan olahraga sepak bola. Saya yakin betul, hati beliau sangat berat meninggalkan PSSI. Pak Edy pulang nanti ditanyakan kenapa, saya belum komunikasi," dia menambahkan.

Ijeck menyebut Edy Rahmayadi secara khusus tidak ada berkonsultasi dengan dirinya, meski berstatus sebagai Wakil Gubernur Sumut.

Saat hendak berangkat ke kongres, Edy hanya memberitahu Ijeck akan berangkat dan menghadiri kongres tahunan PSSI.

"Saat itu pesan saya, mana yang terbaik untuk Abang. Hanya itu saya bilang," ujarnya.

Mengenai selama menjabat sebagai Ketua Umum PSSI, Ijeck memastikan Edy Rahmayadi tetap menjalankan perannya sebagai Gubernur Sumut dengan baik. Sebab, sebelum Edy menjabat Gubernur Sumut, mantan Pangkostrad itu sudah berada di PSSI.

"Tidak pengaruh walau Pak Edy menjabat sebagai Ketua Umum PSSI dengan kinerjanya sebagai gubernur. Sebelum jadi gubernur juga sudah di PSSI," terangnya.

 


4. Tokoh di Sumut Setuju

Pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Edy-Ijeck) mendapat nomor urut 1 dan pasangan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djarot-Sihar) mendapat nomor urut 2. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) disambut baik oleh Tokoh Masyarakat Sumatera Utara, yaitu Rahmat Shah.

Rahmat menyebut, mundurnya Edy sebagai Ketua Umum PSSI sangat bagus, karena akan fokus mengemban tugasnya sebagai Gubernur Sumut.

"Saya rasa bagus, karena beliau harus konsentrasi penuh kepada Sumut," kata Rahmat.

Setelah Edy memutuskan mundur sebagai Ketua Umum PSSI, Rahmat menegaskan biarlah orang lain yang lebih memiliki waktu untuk mengurus organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia itu.

Rahmat juga setuju 100 persen Edy memutuskan mundur sebagai Ketua Umum PSSI, agar konsentrasinya ke Sumut kembali.

"Mudah-mudahan dengan beliau mundur, bisa mengabdi di Sumut, lebih tenang, damai, dan memiliki waktu. Kita doakan dan kita sangat mendukung," Rahmat menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya