Tahukah Anda, Berpegangan Tangan dengan Orang Terkasih Bisa Menyembuhkan Luka Hati?

Ilmuwan menjabarkan kaitan antara berpegangan tangan dengan peredaan rasa sakit di hati.

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Jan 2019, 00:45 WIB
Ilustrasi berpegangan tangan. (Creative Commons/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Sentuhan penuh kasih dan genggaman tangan yang Anda berikan pada seseorang, tidak hanya menunjukkan betapa pentingnya sosok ini bagi Anda, tetapi juga dapat menghibur Anda selama masa-masa sulit, sakit, atau jika Anda merasa menderita.

Tahukah Anda bahwa ada ilmu pengetahuan yang mendasari alasan tersebut?

Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, memegang tangan orang yang dicintai merupakan cara efektif untuk meredakan kepedihan di hati. Ini adalah salah satu penelitian pertama yang meriset sinkronisitas interpersonal antara rasa nelangsa dan sentuhan manusia.

"... sentuhan kulit ke kulit penting untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu, sentuhan tersebut mengaktifkan mode 'penghargaan' di otak orang yang disentuh, sehingga orang tersebut merasa berharga. Inilah saat di mana orang itu merasa berkurang kepedihannya ..." kata studi tersebut, seperti dikutip dari situs justbelieverecoverypa.com pada Senin (21/9/2019).

Untuk membuktikan penelitian ini, Pavel Goldstein, seorang psikologi di CU-Boulder merekrut 22 pasangan sehat berusia antara 23-32 tahun, yang menjalani sejumlah tes. Situasi uji coba ini dikondisikan seperti di ruang bersalin.

Secara alami, para pria diberi peran sebagai pengamat, sedangkan wanita akan sedikit mengalami rasa sakit ringan di lengan bawah selama dua menit.

Instrumen tersebut digunakan untuk mengukur detak jantung dan pernapasan. Seluruh pasangan ditempatkan dalam tiga situasi berbeda.

Pertama, ada pasangan yang ditempatkan di kamar yang terpisah. Kedua, ada pasangan yang dilokasikan secara bersama, tetapi tidak saling menyentuh. Ketiga, ada pasangan yang berada di dalam satu ruangan dan berpegangan tangan.

Saat pasangan-pasangan itu duduk bersama, pernapasan dan detak jantung mereka disinkronkan. Tetapi ketika sang wanitanya mengalami rasa sakit dan si pria tidak bisa menyentuhnya, sinkronisasi itu berakhir.

Namun, ketika si pria memegang tangan sang wanita, pernapasan dan detak jantung mereka kembali sinkron dan rasa sakit dia berkurang.

Penelitian sebelumnya,yang dilakukan oleh Goldstein, pun mengungkapkan bahwa semakin empati pria kepada wanitanya, maka semakin banyak rasa sakit yang berkurang, serta kian banyak detak jantung dan napas yang mampu disinkronkan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 


Nonton Film Bareng Pasangan, Solusi Redakan Masalah hingga Cegah Perceraian

Ilustrasi pasangan menonton film porno (iStockphoto)

Sementara itu, sebuah penelitian menyatakan bahwa menonton film ternyata bisa menjadi solusi bagi masalah sebuah hubungan.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology meminta 174 pasangan pengantin baru berpartisipasi dalam tiga lokakarya, yang memperkuat keterampilan komunikasi mereka.

Dilansir dari Prevention pada Selasa, 18 Desember 2018, yang pertama terfokus pada penerimaan dan rasa kasih, yang kedua terfokus pada mendengarkan, dan yang ketiga adalah menonton film komedi romantis. Sementara, kelompok keempat sisanya tidak mengikuti ketiganya.

Dalam studi itu, kelompok ketiga tidak mengikuti sesi mingguan dengan seorang terapis. Namun, mereka diminta untuk menonton beberapa film di malam hari. Di antara judul film tersebut adalah: "Two for the Road", "Gone With the Wind", "Love Story", dan "Yours Mine & Ours".

Para peneliti kemudian melihat pasangan itu selama tiga tahun. Mereka juga diperiksa setiap enam bulan.

Hasil penelitian menemukan, 24 persen pasangan yang tidak mengikuti lokakarya akhirnya berpisah atau bercerai setelah tiga tahun. Sementara, hanya 11 persen dari pasangan yang mengikuti sesi tersebut. Selain itu, menonton film ternyata sama bermanfaatnya dengan sesi terapi pasangan.

"Menonton film dapat membantu mencegah perceraian dengan memberikan waktu pada pasangan untuk fokus pada hubungan dan saling memeriksa satu sama lain, membantu mewujudkan tipe pasangan yang mereka inginkan," kata penulis studi utama profesor psikologi klinis di University of Rochester New York, Ronald Rogge.

Namun, Rogge tidak mengesampingkan bahwa ada pasangan yang rajin menonton film namun tetap bercerai.

Rogge menambahkan, film yang ideal bagi pasangan bukan tentang lelaki yang mengejar-ngejar cinta perempuan. Namun, tontonan yang memperlihatkan bagaimana pasangan yang sudah bersama berjuang dengan kehidupan sehari-hari mereka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya