Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Ace Hasan Syadzily meragukan hasil elektabilitas lembaga survei Median. Sebab, dibandingkan beberapa lembaga survei lain, hanya Median yang menyatakan elektabilitas inkumben Joko Widodo (Jokowi) di bawah 50 persen, dengan selisih di bawah 10 persen.
Sebab itu, Ace mengatakan publik perlu mengkritisi lembaga survei partisan. Caranya dengan menyandingkan hasil survei dengan yang lain.
Advertisement
"Kalau hasil surveinya nyeleneh sendiri, patut diduga lembaga survei itu sedang membangun framing politik," ujar Ace dalam keterangan tertulis, Selasa (22/1).
Politisi Partai Golkar itu menjelaskan, rata-rata hasil survei menyebut selisih Jokowi dengan Prabowo Subianto sebesar 20 persen. Seperti yang terakhir diungkap Charta Politika.
Ace menyebut, timses Prabowo-Sandiaga mengklaim hasil survei internal selisih 10 persen, menanggapi hasil survei yang menyebut selisih 20 persen.
"Paslon 02 bertahan dengan mengangkat framing bahwa jarak antara paslon 01 dengan 02 tinggal 10 persen atau satu digit. Timses paslon 02 menyebut angka itu adalah survei internal yang tidak dipublikasikan," jelasnya.
Karenanya, Ace menduga survei Median keluar sebagai framing politik elektabilitas pasangan calon presiden nomor urut 02.
"Beberapa saat setelah klaim survei internal paslon 02 itu disampaikan ke publik, muncul rilis Median menjustifikasi klaim survei internal bahwa selisih elektabilitas pada Januari yang tinggal satu digit (9,2 persen)," jelasnya.
Ace kembali menyoroti kejanggalan survei median berdasarkan hasil lembaga survei lain seperti, Populi, LSI, Litbang Kompas, Indikator Politik. Lembaga survei itu semuanya mencatat elektabilitas Jokowi di atas 50 persen.
"Jika menemukan lembaga survei yang beda sendiri, patut dicurigai motifnya dan juga kehandalan metodologinya," kata dia.
Pandangan Tim Prabowo
Sementara itu Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon mengatakan, survei Median adalah lembaga yang independen. Berbeda dengan lembaga lain yang dianggap tidak transparan dalam pendanaan.
"Ini salah satu survei yang menurut saya lebih independen karena tidak terafiliasi dengan kedua kandidat yang saya tahu. Sementara survei-surevi lain kan tidak jelas, tidak menyampaikan siapa yang membiayai," ujar Fadli di Gedung DPR, Jakarta Selatan, Selasa (22/1/2019).
Dia mengklaim hasil survei Median mirip dengan survei internal mereka. Menurutnya, dalam survei internal BPN elektabilitas Prabowo terpaut hanya 4-6 persen dengan Jokowi. Sementara, survei Median menunjukkan keduanya terpaut 9,2 persen.
"Saya kira survei Median relatif lebih mendekati walaupun dalam survei kami jaraknya makin tipis," kata Fadli.
Fadli makin optimistis bisa melampaui petahana. Sebab trent elektabilitas Prabowo bisa mendekati Jokowi menjelang pencoblosan 17 April nanti. Dia percaya hal itu disebabkan pergerakan cawapres Sandiaga Uno ke daerah, maupun kerja para caleg dan timses.
"Jadi menurut saya inilah percepatan kenaikan Prabowo jauh lebih tinggi. Malah yang Prabowo naik, yang ini (Jokowi) stagnan ya malah turun gitu ya. Dalam survei kami juga turun lebih stagnasi," kata dia.
Lembaga penelitian Media Survei Nasional (Median) sebelumnya merilis hasil survei elektabilitas dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang bertarung di Pilpres 2019. Hasilnya, pasangan Jokowi-Ma'ruf meraih 47,9 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 38,7 persen.
Peneliti senior Median, Rico Marbun mengatakan, jarak antarkedua pasangan ini hanya sekitar 9,2 persen.
"Jokowi-Kiai Ma'ruf Amin 47,9 persen, Prabowo-Sandiaga 38,7 persen dan undecided sebesar 13 persen. Selisih suara 01 dan 02 sudah selisih satu digit, dengan 'gap' nya kurang lebih 9,2 persen," kata Rico di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (21/1).
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement