Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan tetap fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meski International Monetery Fund (IMF) memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global di 2019.
Dia mengakui, pada tahun ini, ekonomi Indonesia memang masih akan mendapatkan tekanan dari eksternal. Hal ini salah satunya akibat ketidakpastian perdagangan global yang menyebabkan pelemahan momentum pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
"Kemudian kita juga lihat shutdown AS memperlemah momentum ekonomi. Itu berarti di advance country akan mengalami pelemahan dan China lakukan adjustment, ekonominya slowdown," ujar dia di Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Oleh sebab itu, lanjut Sri Mulyani, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 sebesar 0,2 persen dari 3,7 persen menjadi 3,5 persen dan di 2020 dari 3,7 persen menjadi 3,6 persen.
"Itu berarti tantangan pertumbuhan meningkat secara cepat," jelas dia.
Namun demikian, menurut Sri Mulyani, pemerintah akan tetap fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di 2019. Salah satunya dengan menjaga faktor-faktor pendorong pertumbuhan tersebut.
"Ini adalah tantangan dari sisi bahwa momentum yang berasal dari eksternal akan melemah, dan guncangan mungkin akan masih terjadi meskipun tidak seperti tahun 2018. Kita tetap fokus bagaimana menjaga faktor-faktor pertumbuhan dan stabilitas ekonomi kita di dalam lingkungan yang berubah secara cepat," tandas dia.
Perlambatan Ekonomi China Berdampak ke Penurunan Ekspor Indonesia
Pertumbuhan ekonomi China dilaporkan melambat ke level 6,4 persen pada kuartal keempat tahun lalu dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini sesuai prediksi yang menyebut pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat lebih lambat ketimbang kuartal ketiga sebesar 6,5 persen.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, perlambatan ekonomi China akan mempengaruhi ekspor Indonesia. Hal tersebut kemudian akan berdampak pada ekonomi Indonesia.
"Kalau dari segi eskpor pasti ada pengaruhnya. Pertumbuhan sederhananya pilar pertama konsumsi, terutama konsumsi umah tangga. Pilar kedua investasi, pilar ketiganya ekspor dikurangi impor tentu saja," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Baca Juga
Dalam kondisi saat ini untuk mengantisipasi perlambatan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mendorong investasi. Selain investasi, konsumsi rumah tangga juga akan terus digenjot.
"Dampaknya tidak terlalu besar pengaruhnya, terhadap pertumbuhan tapi ada. Itu sebabnya kalau situasi seperti ini kita harus dorong di investasinya dan konsumsinya rumah tangga," katanya.
Lebih lanjut Darmin menjelaskan, perlambatan ekonomi China lebih disebabkan oleh adanya perang dagang dengan Amerika Serikat. "Itu adalah bagian dari perang dagang mereka itu. Bahwa ekonomi China pertumbuhannya makin melambat," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement