Ada Masyarakat yang Kurang Tertarik Ajarkan Salam Sapa kepada Anak

Ada perilaku masyarakat yang kurang tertarik mengajarkan anak ucapan sapaan

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Jan 2019, 19:00 WIB
Ilustrasi Foto Ibu dan Anak Perempuan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa warga yang tinggal di daerah tidak terbiasa mengajari anak dengan ucapan sapaan semisal 'Selamat pagi'. Akibatnya, anak-anak menjadi tidak terbiasa untuk mengucapkan hal tersebut.

Saat ditemui dalam acara peluncuran buku Panduan Praktis Penguatan Pendidikan Karakter Konstektual, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Lambertus Benny menyampaikan fenomena tersebut.

"Ada perilaku masyarakat yang kurang tertarik mengajarkan anak ucapan sapaan, contohnya 'Selamat pagi'. Bersalaman pun tidak biasa diajarkan," ujar Benny di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa, 22 Januari 2019.

Padahal, mengucapkan salam sapa dan bersalaman menjadi hal penting dalam kehidupan sosial. Perlaku tersebut perwujudan nilai-nilai menghargai orang lain.

 

 


Penguatan pendidikan karakter

Guna menerapkan ajaran salam sapa dan bersalaman, metode penguatan pendidikan karakter konteksual bisa digalakkan. Pendekatan pendidikan pun bisa disesuaikan dengan masing-masing daerah.

"Diharapkan metode penguatan pendidikan bisa meningkatkan karakter anak. Implementasi anak untuk menyapa orang dan bersalaman bisa lebih mudah," Benny.

Implementasi mengajarkan anak salam sapa melalui metode penguatan pendidikan karakter berhasil dilakukan di daerah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

"Implementasi menyapa orang lain lebih mudah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sikka, Patrisius Pederiko.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya