Liputan6.com, Nevada - Tidak. Matahari tidak akan berhenti bersinar untuk waktu yang sangat, sangat lama. Demikian menurut Viktor T. Toth, seorang fisikawan paruh waktu lulusan Budapest University of Technology and Economics, seperti dikutip dari Mental Floss, Selasa (22/1/2019).
Matahari, bersama dengan Tata Surya, berumur sekitar 4,5 miliar tahun. Jumlah ini sekitar sepertiga usia seluruh alam semesta. Selama beberapa miliar tahun ke depan, matahari akan bersinar lebih cerah.
Baca Juga
Advertisement
Mungkin secara paradoks, fenomena tersebut pada akhirnya akan mengakibatkan hilangnya karbon dioksida di atmosfer Bumi, dan berujung pada punahnya seluruh makhluk hidup di planet ini.
Dalam 2,5 hingga 3 miliar tahun ke depan, dihitung dari sekarang, suhu permukaan Bumi akan melebihi titik didih air di seluruh penjuru.
Dalam waktu sekitar 4 hingga 5 miliar tahun, Bumi akan berada dalam kondisi yang lebih buruk daripada Venus saat ini. Sebagian besar airnya hilang dan permukaannya meleleh.
Akhirnya, matahari akan berevolusi menjadi bintang raksasa merah, cukup besar untuk "menelan" Bumi. Luminositasnya (total energi yang dipancarkan oleh bintang, galaksi, dan benda langit lain per satuan waktu) akan bertambah beberapa ribu kali dari luminositasnya sekarang.
Dengan seluruh bahan bakar nuklir yang digunakan habis dan lapisan luarnya terlontar ke angkasa luar, inti matahari akan mengendap ke tahap akhir evolusinya sebagai katai putih atau bintang kerdil.
Bintang seperti itu tidak lagi menghasilkan energi melalui fusi nuklir, tetapi bintang tersebut mengandung panas yang tersimpan di "tubuhnya" dalam jumlah besar, dalam volume yang sangat kecil (sebagian besar massa Matahari akan terbatas pada volume yang tidak jauh lebih besar dari Bumi).
Dengan demikian, bintang ini akan sangat dingin, bergerak sangat lambat.
Diperlukan miliaran tahun lagi bagi matahari untuk mendingin dari suhu awal ratusan ribu derajat, hingga suhu saat ini dan di bawahnya. Tetapi pada akhirnya, sisa-sisa matahari akan perlahan menghilang dari pandangan, menjadi katai coklat, yakni sisa bintang yang mendingin dan mati.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Studi: Kiamat Pasti Terjadi, tapi...
Sebuah laporan ilmiah terbaru menyebut bahwa kiamat sudah pasti akan datang, tapi jaraknya masih sekitar 6,5 miliar tahun lagi, lama setelah manusia yang hidup saat ini sudah lenyap dari muka Bumi.
Disebutkan pula bahwa meski Bumi mungkin tidak akan hancur setelah matahari meledak, sisa yang abadi hanya akan berupa sebuah batu karang besar yang kering dan beku, tanpa kehidupan apa pun.
Kata para ahli, dengan memperhitungkan komposisi matahari saat ini, serta tingkat evolusinya, diperkirakan pusat tata surya akan mati, atau habis terbakar dalam serentetan ledakan gas helium yang menghancurkan kira-kira 40 persen bobotnya, demikian sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Jumat 12 Oktober 2018.
Menurut perhitungan itu, Bumi masih punya waktu kira-kira 6,5 miliar tahun lagi sebelum kiamat benar-benar datang. Sebab pada waktu itu, Matahari akan mulai membengkak, sampai akhirnya menjadi benda angkasa yang besarnya 200 kali dari sekarang, dan memancarkan panas sangat tinggi.
Suhu yang tinggi itu akan menguapkan semua air di laut, sungai dan danau, serta membunuh segala bentuk kehidupan di Bumi, alias kiamat.
Sistem tata surya kita yang sekarang, kata para ahli, dengan satu matahari dan sembilan planet yang beredar di sekelilingnya, tercipta kira-kira 4,5 miliar tahun yang lalu.
Hasil penelitian terhadap bintang yang terdapat dalam sistem tata surya lain menunjukkan, matahari yang kita lihat tiap hari itu umurnya sudah hampir mencapai separuh masa hidupnya, yang diperkirakan 12 miliar tahun.
Para pakar menggolongkan matahari ke dalam bintang kelas G, diukur dari tingkat cahaya, serta warna radiasinya yang tampak dari Bumi.
Suhu di permukaannya sekarang diperkirakan sekitar 5.700 derajat Celsius.
Advertisement
Kemungkinan Kronologi Matinya Matahari
Saat ini, matahari masih berada dalam fase utama yang stabil, di mana ia terus membakar persediaan gas hidrogen yang terkandung di dalamnya. Sebagai bintang dari kelas G, matahari diperkirakan akan terus berada dalam fase itu selama 6,5 miliar tahun lagi.
Sebuah laporan yang dimuat dalam majalah Astrophysical Journal mengatakan, setelah matahari mencapai umur 11 miliar tahun, benda angkasa itu akan memasuki fase perkembangan berikutnya, dan menjadi apa yang digambarkan sebagai bintang raksasa berwarna merah.
Bintang raksasa itu terbentuk karena gas helium yang terdapat di bagian intinya meledak, sehingga ukurannya menggelembung 200 kali lebih besar dari saat ini, dan cahayanya juga disebut 2.000 kali lebih terang.
Kemudian, untuk masa 150 juta tahun berikutnya, suhu matahari akan turun lagi, karena helium yang terdapat di bagian intinya sudah habis.
Akan tetapi, gas helium yang terdapat di lapisan-lapisan lebih luar akan meledak secara beruntun, serta melemparkan bagian-bagian yang hancur itu ke angkasa, memicu bobot atau massa matahari terus berkurang.
Dan satu juta tahun kemudian, matahari terus menyusut ukurannya, sampai cahayanya redup dan akhirnya hilang sama sekali.
Manusia mungkin sudah pindah ke palnet lain, lama sebelum semua itu terjadi, dan bisa menyaksikan sistem Tata Surya yang mati itu; sebagai sebuah bintang gelap atau bintang hitam.