Liputan6.com, Jakarta Ketika robot seks mulai mudah diperoleh dan semakin meluas, diam-diam robot yang dirancang untuk meniru manusia ini bisa merusak hubungan pernikahan. Permasalahan kian besar pada pasangan yang sudah jarang berhubungan seks.
Baca Juga
Advertisement
Yang paling mengejutkan, hasrat seks justru dilampiaskan pada robot seks, bukan bersama pasangan.
Psikolog pernikahan Becky Spelman menjelaskan, pasangan yang ingin menyelesaikan masalah dalam rumah tangga mungkin malah bereksperimen dengan robot seks di kamar tidur.
Masalah-masalah rumah tangga, seperti perdebatan soal tanggung jawab sehari-hari dan mengurus anak. Permasalahan rumah tangga akhirnya tidak bisa diselesaikan bersama.
"Pasangan harus punya batasan untuk (penggunaan) robot seks. Hal ini bertujuan agar pasangan punya 'peran' utama di ranjang," jelas Spelman, konsultan hubungan untuk merek mainan seks We Vibe, dikutip dari Daily Star, Rabu, 23 Januari 2019.
Simak video menarik berikut ini:
Menjadi objek obsesi
Spelman melanjutkan, dengan nada yang lebih hati-hati, robot seks dapat menyebabkan kegelisahan dan gejolak emosional. Ini akan membuat ganjalan tidak nyaman di antara pasangan yang ingin berdamai.
"Itu mungkin bisa terjadi karena yang namanya robot seks tidak seperti mainan seks biasa. Robot seks dirancang untuk meniru manusia hingga tingkat yang luar biasa. Robot artifisial itu dapat memicu perasaan cinta, perlindungan, kemarahan, dan lebih-lebih menjadi objek obsesi," jelasnya.
Perusahaan yang membuat robot seks, termasuk Realbotix yang berbasis di Amerika Serikat dan Synthea Amatus dari Spanyol membuat klaim tentang potensi kesehatan dan manfaat sosial dari robot seks buatan mereka.
CEO dan pendiri Realbotix, Matt McMullen mengatakan, robot seks memberikan kegembiraan kepada orang-orang yang mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan kuat dengan pasangan.
Penulis Love and Sex with Robots, David Levy juga mengungkapkan, robot seks secara signifikan mengurangi insiden Infeksi Menular Seksual (IMS).
Advertisement