Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan indeks terbaru dalam bentuk Indeks IDX80. Produk ini merupakan lanjutan dari dua indeks likuid lain yang telah dikeluarkan sebelumnya, yakni LQ45 dan IDX30.
Adapun indeks berisi 80 emiten terpilih ini langsung 100 persen memasukkan penyesuaian free float atau saham yang beredar. Berbeda dengan indeks LQ45 dan IDX30 yang baru 30 persen.
Kepala Riset dan Pengembangan BEI, Verdi Ikhwan menuturkan, indeks IDX80 ini diluncurkan sebagai alternatif acuan bagi para fund manager untuk berinvestasi di pasar saham.
Baca Juga
Advertisement
"Berkembangnya potensi pasar produk reksa dana dan ETF mendorong meningkatnya kebutuhan ragam indeks di bursa untuk dijadikan benchmark. Konstituen (emiten) selama ini lebih banyak menggunakan IHSG, tapi secara performa (return) susah ditandingi," tutur dia kepada rekan wartawan di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
"Sehingga ada keinginan satu indeks dengan jumlah konstituen yang tidak terlalu banyak untuk bisa menandingi, maka dibuatlah IDX80," dia menambahkan.
Manajemen BEI telah memulai perhitungan Indeks IDX80 sejak 30 Januari 2018, yakni dengan mengukur performa harga dari 80 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Indeks IDX80 akan mulai aktif digunakan per Februari 2019, yang berisi 80 saham emiten terpilih untuk periode perdagangan Februari-Juli 2019.
Isi Saham IDX80
Sebelumnya, manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan indeks terbaru yaitu Indeks IDX80. Indeks ini berisi 80 saham untuk periode perdagangan Februari-Juli 2019.
Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi menuturkan, indeks IDX80 mirip dengan indeks saham LQ45 atau saham-saham paling likuid di BEI.
Namun, indeks IDX80 ini memasukkan penyesuaian free float saham sehingga diharapkan mencerminkan indeks lebih akurat. Sebelumnya di indeks LQ45 belum dimasukkan free float saham.
"IDX80 mirip dengan LQ45 hanya saja lebih lengkap dan diharapkan dapat mencerminkan indeks lebih akurat. Syarat-syaratnya juga sama. Likuiditas kapitalisasi dan fundamental. Hanya saja sekarang sudah memasukkan adjustment free float sama dengan IDX 30 dan IDX 45,” ujar Inarno saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, seperti ditulis Rabu 23 Januari 2019.
Ia menuturkan, peluncuran indeks saham ini diharapkan dapat sebagai alternatif.”Manajer investasi, reksa dana yang berbasis indeks bisa punya berbagai alternatif,” kata dia.
Saham-saham yang masuk indeks IDX80 antara lain saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Astra International Tbk (ASII)M PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Selain itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Bank Permata Tbk (BNLI).
Selanjutnya, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Erajawa Swasembada Tbk (ERAA), PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).
Kemudian saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Selanjutnya saham PT Jafpa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Link Net Tbk (LINK), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Malindo Feedmil Tbk (MAIN), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA).
Lalu ada saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT PP Properti Tbk (PPRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT PP Tbk (PTPP), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RLAS).
Selain itu, ada saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Timah Tbk (TINS).
Kemudian ada saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement