Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pereira menegaskan, biaya politik untuk memenangkan Jokowi dan Ahok di Pilgub DKI 2012 digalang secara gotong royong. Saat itu, gotong royong pendanaan dilakukan PDIP bersama Gerindra sebagai partai pengusung pasangan tersebut.
Hal ini diungkap Andreas berkaitan dengan pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojokadikusumo yang mengaku keluar uang banyak untuk biaya kampanye di Pilgub DKI 2012.
Advertisement
"Jokowi tidak bohong. Memang kenyataannya seperti itu. Kami gotong royong untuk Jokowi yang representasi PDIP. Sementara representasi Gerindra kan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)," kata Andreas saat dihubungi, Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Andreas menolak klaim Hashim yang mengaku paling banyak merogoh kocek untuk membiayai pemenangan Jokowi-Ahok.
Menurut dia, partainya sebagai partai pengusung Jokowi-Ahok juga urunan untuk menghadapi pilkada yang saat itu melawan incumbent, Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli.
"Di PDIP, DPP, anggota Fraksi DPR RI, DPD DKI dan anggota fraksi pun keluarkan dana dari kantong masing-masing untuk membiayai kampanye di basis kelurahan-kelurahan. Saya waktu itu tanggung jawab di Kecamatan Koja," tegas Andreas.
Anggota DPR RI itu mengakui biaya politik memang mahal. Tapi tradisi di PDIP, untuk membiayainya dilakukan dengan gotong royong.
Dia pun menekankan, partainya tak pernah menerima pemberian dari cukong-cukong pilkada. Sebab, semua biaya politik pemilu daerah dan nasional didapat dengan cara gotong royong.
"Biaya politik memang (mahal). Tapi kalau ditanggung gotong royong ya terasa menjadi ringan. Kalau main cukong-cukongan ya pasti banyak yang dikeluarkan. Di PDIP kami tidak kenal prinsip cukong-cukongan, yang kami praktikan adalah prinsip gotong royong," tegas dia.
Klaim Hashim Djojohadikusumo
Sebelumnya Hashim, Djojohadikusumo yang juga merupakan adik kandung Prabowo mengaku mengeluarkan uang yang sangat besar pada Pilgub DKI 2012. Adik Prabowo Subianto itu juga mengklaim memiliki bukti tersebut.
"Beberapa kali Pak Jokowi datang ke kantor saya cukup sering dan minta bantuan waktu itu, yah karena Pak Prabowo yang usung Jokowi juga Ahok. Kan, dari kami walaupun Pak Jokowi dari PDIP, tapi Pak Prabowo yang usulkan Jokowi ke Mega," ungkap Hashim.
"Pada awalnya Bu Mega enggak mau ke Jokowi, tapi Prabowo desak dan akhirnya Bu Mega setuju. Mengenai dana, Pak Jokowi beberapa kali datang ke saya dan saya ada catatan itu, ada data itu, kami bantu untuk Pak Jokowi," sambung dia.
Politikus Partai Gerindra itu mengaku tak meminta proyek atau bisnis apapun ke Jokowi sebagai timbal balik. Hashim hanya minta Jokowi menuntaskan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta selama satu periode.
Baginya, Jokowi mendapatkan tiket gratis dari Gerindra dan dia berharap ada pemerintahan bersih di Jakarta.
Hashim bercerita, saat itu Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menghendaki Fauzi Wibowo alias Foke menjadi cagub DKI lantaran Jokowi tak mempunyai uang. Perdebatan pun sempat alot.
Namun, Ketum Gerindra Prabowo Subianto membujuk Megawati supaya Jokowi yang maju dengan harapan figur yang bersih, jujur, dan baik guna membenahi Jakarta.
"Waktu itu agak alot, beberapa kali pak Prabowo ketemu Ibu Mega. Pernah di Lenteng Agung, beberapa kali dan dihadiri beberapa kali petinggi PDIP, awalnya mereka tidak mau terima," ungkap dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement