Liputan6.com, Jakarta Ratus dikenal sebagai terapi tradisional, berupa pengasapan uap air rebusan rambuan herbal pada organ intim wanita. Para pelakunya meyakini bahwa manfaat terapi ini baik untuk kesehatan dan kesuburan. Menarik untuk membahas secara medis mengenai manfaat ratus bagi kesehatan vagina, serta apakah ada efek samping pada rahim yang harus diwaspadai.
Di berbagai belahan dunia, ratus dikenal dengan banyak nama: chai-yok di Korea, ganggang di Malaysia, bajos di Amerika Latin, “Venus smoke” di Amerika Utara, atau secara umum juga dikenal sebagai vagina spa, v-spa, atau vaginal steaming. Prinsip terapinya sama, yakni mengasapi vagina dengan uap air rebusan ramuan herbal selama kurang lebih 20-30 menit.
Advertisement
Kombinasi tanaman herbal yang digunakan sebagai ramuan air rebusan ratus berbeda-beda, tergantung daerahnya. Ada yang menggunakan basil, mugwort, rosemary, dan wormwood. Di Indonesia, biasanya bahan yang digunakan adalah kunyit, temulawak, pala, kayu secang, bunga mawar, dan akar wangi. Ramuan tersebut diklaim dapat menyehatkan, mengencangkan, membersihkan, serta meningkatkan aliran darah di vagina dan rahim.
Tak hanya sampai di situ, ratus juga dipercaya dapat menyembuhkan keputihan serta menyeimbangkan hormon-hormon wanita, sehingga dapat membantu mengatasi gangguan kesuburan.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang mampu menunjukkan bahwa ratus betul bermanfaat bagi kesehatan reproduksi. Klaim berbagai manfaatnya lebih didasarkan pada pengalaman subjektif dan tradisi turun-termurun para pelaku dan penggemarnya.
Apakah berdampak pada rahim?
Secara medis, paparan panas yang berlebihan pada vagina dapat menyuburkan kuman-kuman di dalamnya, sehingga bisa memicu terjadinya infeksi vagina dan keputihan yang tidak normal akibat jamur. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi penyakit radang panggul, yaitu dapat terjadi infeksi pada rahim, saluran telur, dan indung telur. Dalam jangka panjang, ini dapat mengganggu kesuburan dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik, yakni hamil di luar kandungan.
Wanita hamil harus menghindari ratus. Sebab, kandungan aktif dari bahan-bahan yang digunakan untuk ramuan ratus dapat menyebabkan kontraksi otot-otot rahim, yang selanjutnya bisa memicu persalinan.
Selain dampak negatif pada rahim, ratus juga dapat menimbulkan efek samping lokal pada area yang terpapar uap panas. Area kulit vagina yang halus, sensitif, dan mudah mengalami cedera bisa melepuh dan mengalami luka bakar. Tak hanya itu, pada wanita yang sensitif, kandungan aktif ramuan ratus dapat memicu reaksi alergi di sekitar vagina. Tentunya, ini akan sangat gatal dan tidak nyaman.
Advertisement
Pertimbangkan dengan matang
Untuk Anda yang penasaran dengan terapi ini karena klaimnya atau karena sudah banyak teman yang mencobanya, boleh saja. Akan tetapi, sebaiknya hindari bila Anda rentan mengalami keputihan akibat jamur, sering mengalami keputihan yang berulang, atau sedang haid.
Saat melakukan ratus, ingat untuk menjaga jarak dengan sumber panas. Kemukakan hal ini dengan terapis. Bila uap panas terasa tidak nyaman atau terlalu panas, sebaiknya segera hentikan.
Pada dasarnya, organ reproduksi wanita memiliki kemampuan untuk membersihkan dan “mengurus” dirinya sendiri. Adanya intervensi dari luar, seperti ratus atau pencucian vagina, justru dapat mengganggu keseimbangan kuman-kuman normal di dalamnya.
Menjaga kesehatan vagina dan rahim bisa dibilang cukup sederhana, yaitu menjaga area kewanitaan tetap bersih dan kering. Perhatikan pula pola makan dan gaya hidup. Jika memang Anda penggemar atau penasaran ingin mencoba ratus yang manfaatnya belum terbukti secara ilmiah, paling tidak Anda perlu berhati-hati untuk meminimalkan risiko infeksi dan luka bakar. Pertimbangkan dengan matang segala manfaat dan berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkannya.
Penulis : dr. Fiona Amelia MPH / Klik Dokter