Liputan6.com, Jakarta - Korban tsunami Selat Sunda, Masripah mengadukan nasib anaknya yang bersekolah di SMK IKPI Labuan ke Maria Hasto, istri dari Hasto Kristianto, Sekjen PDI Perjuangan.
Warga Desa Teluk, Kecamatan Labuan ini mengaku anaknya harus membayar uang sekolah sebesar Rp 2,5 juta. Sedangkan dia beserta keluarga menjadi korban tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 silam.
Advertisement
"Tadinya disuruh bayar Rp 2,7 juta. Terus dikorting (dikurangi) Rp 200 ribu, jadinya Rp 2,5 juta. Katanya untuk bayar ujian (Ujian Nasional)," kata Masripah sambil berlinang air mata saat ditemui di Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (24/01/2019).
Masripah mengusap air matanya menggunakan kerudung hijau yang dikenakannya. Dia pun bercerita perahu yang digunakan suaminya rusak terhantam tsunami.
"Perahu juga rusak. Motornya (mesin perahu) enggak bisa dipakai lagi," tuturnya sembari terseguk.
Sembari memeluk Masripah, Mario Hasto berjanji akan membantu para korban tsunami Selat Sunda agar bisa melanjutkan pendidikannya.
Dia pun memerintahkan anggota legislatif dari PDI Perjuangan, untuk membantu proses pendidikan para korban tsunami Selat Sunda, agar tidak putus sekolah.
Jangan Putus Sekolah
"Jadi enggak boleh ada yang enggak ngambil ijazah, ambil raport, pokoknya harus bisa. Lewat pimpinannya. Ini kan bencana. Enggak boleh namanya menahan (rapot saat) bencana," kata Maria Hasto.
Ia bersama sejumlah istri pengurus PDI Perjuangan, juga memberikan bantuan 460 paket sembako dan alat pendidikan bagi korban tsunami dan siswa, agar bisa melanjutkan pendidikannya.
"Setiap ada bencana, setiap ada peristiwa, pasti membuat sedih. Semua itu ada hikmahnya. Untuk adik-adik jangan patah semangat, tetap bangkit, sekolah dan belajar," jelas Maria.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement