Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat kepastian, lokasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) dari PT Freeport Indonesia.
Pembangunan smelter merupakan salah satu syarat perubahan status Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot mengatakan, perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut telah melayangkan surat, mengenai kepastian lokasi pembangunan smelter di Gresik, Jawa Timur.
Baca Juga
Advertisement
"Ada surat (dari Freeport) di Gresik. Gak hapal (surat) sudah lama," kata Bambang, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Meski di wilayah yang sama, sebelumnya Freeport berencana membangun smelter di atas lahan sewa milik PT Petrokimia Gresik, tapi karena berbagai perimbangan lahan pembangunan smelter di pindah ke kawasan industri Gresik, Jawa Timur yakni java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).
"Di Gresik, kalau minta pastinya ya pasti di Gresik di situ sudah,” ujar Bambang.
Untuk besaran nilai investasi pembangunan smelter, Bambang memastikan investasi yang dibutuhkan sama seperti rencana awal, yaitu sebesar US$ 2,59 miliar
"Masih sama (besaran investasi yang dibutuhkannya),” ujar dia.
Untuk diketahui, pembangunan smelterpada 2019 memasuki tahap konstruksi, setelah pada 2018 dilakukan stabilitas lahan pondasi, menyusun studi kelayakan, dan perencanaan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).
Perusahaan telah mengucurkan USD 103 juta atau sekitar Rp 1,46 triliun (asumsi kurs Rp 14.205 per dolar AS) untuk pembangunan smelter tersebut hingga April 2018.
Ekspor Konsentrat Freeport Turun pada 2019
Sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia akan turun akibat penurunan produksi yang disebabkan peralihan lokasi penambangan.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Yunus Saefulhak mengatakan, produksi tembaga olahan atau konsentrat tembaga PT Freeport turun dari tahun lalu 2,1 juta ton per tahun menjadi 1,2 juta ton per tahun.
"Nah, kira-kira di tahun 2019 itu turun kan produksinya. Itu jadinya sekitar 1,2 juta ton konsentrat," kata Yunus, di Kantor Direktorat Jenderal Mineral Batubara Kementerian ESDM, Rabu 9 Januari 2019.
Yunus mengungkapkan, dari 1,2 juta ton produksi konsentrat Freeport Indonesia tahun ini, 800 ribu ton akan dimurnikan di fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) Smelting di Gresik, Jawa Timur. Sedangkan sisanya sebanyak 200 ribu ton diekspor.
"Dari 1,2 juta ton, yang 800 ribu-nya ini ke Smelting Gresik diproses. 2019 itu turun produksi konsentratnya kan," ujarnya.
Menurut Yunus, saat produksi belum mengalami penurunan, ekspor konsentrat Freeport Indonesia sebanyak 1,2 juta ton per tahun. Sedangkan yang dimurnikan di smelter Smelting Gresik sebanyak 800.000 ton per tahun.
"Tahun 2018. Yang 1,2 juta diekspor, yang 800 ribu-nya ini ke Smelting Gresik diproses. 2019 itu turun produksi konsentratnya kan," tutur Yunus.
Penurunan produksi Freeport Indonesia disebabkan penurunan kandungan mineral di tambang terbuka Grasberg, sehingga harus mengubah lokasi ke tambang bawah tanah. Namun, setelah 2020 produksi tembaga. Freeport Indonesia akan kembali naik hingga puncak produksinya sampai 2025.
"Kan perubahan dari tambang terbuka, open pit kepada tambang di bawah tanah. Ada proses ada infrastruktur, ada macam-macam lah bikin jalan menjadi turun 1,2 an juta konsentrat. Kira-kira 200 ribuan itu diekspor," tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement