Jokowi: Saya yang Buat Perpres Hari Santri, Kok Dibilang Anti-Ulama?

Jokowi menilai isu dirinya melakukan kriminalisasi terhadap ulama sangat berbahaya bila dipercaya oleh masyarakat.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 25 Jan 2019, 16:10 WIB
Presiden Joko Widodo memberi sambutan saat menemui ibu-ibu penerima program Membina Keluarga Sejahtera (Mekaar) di Garut, Jawa Barat, Jumat (18/1). Program ini bertujuan mendorong perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi mengaku heran masih banyak pihak yang menghembuskan isu kalau pemerintahannya saat ini banyak melakukan kriminalisasi terhadap ulama.

Jokowi mengatakan isu tersebut merupakan sebuah kebohongan, alias hoaks. Dia justru mengaku selama ini dekat dengan ulama. Dalam setiap kunjungannya ke daerah, Jokowi mengaku kerap mengunjungi Pondok Pesantren dan bertemu dengan para ulama.

"Banyak sekali isu ke saya, kriminalisasi ulama, anti Islam. Loh, saya setiap hari, setiap minggu masuk pondok pesantren dengan ulama," ujar Jokowi di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Jumat (25/1/2019).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menilai isu tersebut sangat berbahaya apabila dipercaya oleh masyarakat.

Jokowi menjelaskan bahwa kecintaannya kepada umat Islam telah dibuktikan dengan menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2025 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.

"Hari santri yang buat Perpres saya. Yang tanda tangan saya. Kok dibilang anti-ulama, anti-Islam? Bolak-balik kayak gitu, kalau gampang percaya, termakan, bahaya sekali," ucap Jokowi

 


Masyarakat Sudah Pintar

Menurut dia, isu-isu yang menyerang dirinya tanpa fakta hanya bertujuan politik. Jokowi meminta masyarakat menyaring isu-isu yang berkembang.

"Ini hanya tujuan politik, bukan yang lain-lain. Masyarakat jangan diajak ke hal yang tidak logis. Untungnya masyarakat sekarang sudah pintar-pintar," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya