Liputan6.com, Jakarta Perangkat rokok tanpa asap, yang dipanaskan bukan dibakar atau istilahnya heat not burn (HNB) iQOS tengah menjadi tren. Produk yang dibesut Philip Morris International, produsen rokok Marlboro ini melesat tinggi, terutama di pasaran Jepang.
Baca Juga
Advertisement
Perangkat iQOS tersedia di toko-toko di Inggris. Ketika di pasarkan di Jepang, produk iQOS tersebut diminati, bahkan berhasil mengungguli produk rokok buatan Japan Tobacco.
Pada artikel Liputan6.com sebelumnya berjudul, "IQOS Tren Rokok Jepang, yang Disebut Lebih Aman ketimbang Vape" yang dipublikasikan Sabtu, 19 Januari 2019. Pada kalimat yang tertulis, “Sebelumnya, New Strait Times melaporkan bahwa saat ini Japan Tobacco menguasai 60 persen pasar rokok alternatif alias IQOS."
"Nah, kami ingin meluruskan bahwa iQOS bukan produk tembakau alternatif milik Japan Tobacco, melainkan milik Philip Morris International," terang Manager External Communications PT. HM Sampoerna Tbk, Nazrya Octora dalam klarifikasinya kepada Health Liputan6.com, ditulis Jumat, 25 Januari 2019.
Meskipun menguasai 60 persen pasar rokok lokal, Japan Tobacco berada di sisi yang salah dari meningkatnya popularitas produk tembakau alternatif yang dipanaskan bukan dibakar (heat-not-burn atau HNB). Japan Tobacco telah tertinggal dibandingkan dengan pemilik Marlboro.
Philip Morris International pada tahun 2014 mulai menjual perangkat produk tembakau bernama IQOS di Jepang, sebagaimana dilansir dari New Strait Times. iQOS muncul sebagai produk uji coba yang sukses untuk kategori rokok elektronik.
Ini dikarenakan rokok elektrik yang menggunakan cairan nikotin tidak diperbolehkan di bawah peraturan farmasi di Jepang.
Simak video menarik berikut ini:
Bebas asap rokok
iQOS merupakan singkatan dari "I stops original smoking", yang dibuat oleh Philip Morris International atau dikenal sebagai produsen rokok Marlboro. PMI termasuk perusahaan tembakau terbesar di dunia.
PMI menyampaikan, masa depan rokok adalah bebas asap rokok dan berinvestasi dalam produk tembakau yang dipanaskan, seperti iQOS dan rokok elektrik. Kedua produk rokok tersebut dikatakan pilihan yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional.
Produk terjual secara dramatis di Jepang, yang mana PMI menyampaikan, telah mengamankan lebih dari 10 persen pasar tembakau. Dilansir dari The Guardian, iQOS adalah perangkat yang dioperasikan dengan baterai.
Kemudian dimasukkan perangkat panas yang berisi penyumbat tembakau (tobacco plug). Panas menghasilkan uap daripada asap berbahaya.
Penelitian baru, yang diterbitkan dalam jurnal Tobacco Control menemukan, pengguna mempercepat tingkat kepulanuntuk menghirup lebih banyak nikotin. Karena perangkat panas hanya bertahan selama enam menit. Setelah itu, perangkat mati dan perlu diisi ulang. Itu berarti pengguna berpotensi menghirup uap dalam jumlah besar.
Meskipun perangkat panas tidak menghasilkan nyala api, peneliti menemukan, sumbat tembakau yang terbakar hangus akibat pirolisis--dekomposisi termal tanpa adanya oksigen. Dalam hal ini ada reaksi kimia di mana senyawa tunggal memecah menjadi dua atau lebih senyawa sederhana atau elemen apabila dipanaskan.
"IQOS bukan semata-mata produk tembakau HNB," tulis peneliti. Studi ini telah menunjukkan, perangkat iQOS mungkin tidak sebebas bahaya seperti yang diklaim. Perlu pengujian keamanan lebih lanjut karena popularitas dan pengguna produk ini tumbuh dengan cepat."
Namun, penulis studi dari University of California mengungkapkan, studi iQOS yang muncul dalam jurnal perlu peninjauan lebih rinci. Hal ini menekankan perlunya evaluasi mendalam terhadap iQOS.
Advertisement
Kurangi paparan racun
Perangkat ini berisi polymer-film filter plastik yang dirancang untuk mendinginkan uap. PMI menyampaikan, pihaknya menyambut pengujian lebih lanjut terhadap produk iQOS.
"Tapi polymer-film filter tidak meleleh dalam penggunaan normal dan tidak melepaskan racun ke dalam uap," kata pihak PMI dalam sebuah pernyataan.
Polymer-film filter pada perangkat iQOS terbuat dari tepung jagung. Alih-alih mencair, pengerasan filter dan perubahan warna dapat terjadi akibat proses pendinginan uap, tetapi ini bukan indikasi emisi racun.
Penelitian yang menggunakan metode berbeda menunjukkan, tidak ada peningkatan dalam pembentukan racun. Studi klinis juga melihat, peserta dapat menggunakan produk iQOS secara bebas.
Hal ini karena pengurangan paparan racun mendekati 95 persen. Dalam konteks totalitas iQOS terbukti cenderung kurangi risiko berbahaya dibanding rokok konvensional.