Liputan6.com, Pemalang - Dibandingkan Laut Selatan, barangkali ketinggian gelombang laut Jawa atau pantai utara Jawa tak ada apa-apanya. Namun, tiap perairan memiliki keunikan yang mungkin tak ditemui di tempat lain.
Nelayan adalah salah satu profesi yang paling berisiko. Tiap hari, nelayan menyabung nasibnya di tengah laut, di tengah ancaman gelombang tinggi dan cuaca yang tak menentu.
Tak hanya kondisi perairan, nelayan pun kadangkala mesti menghadapi situasi yang benar-benar “celaka”. Seperti yang terjadi pada dua nelayan di Pemalang, Jawa Tengah ini misalnya.
Baca Juga
Advertisement
Syahdan dan dua nelayan lain, Puryanto (42) dan H Nuhyil Bahyi (52) melaut pada Jumat, 25 Januari 2019. Keduanya adalah warga Desa Bojongsana Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Belakangan, cuaca di laut Jawa tak menentu. Makanya, mereka tak melaut jauh-jauh, hanya di sekitar perairan Bojongsana.
Awalnya, semuanya lancar. Namun, mendadak, baling-baling perahu rusak. Perahu pun tak bisa melaju.
Perahu jenis Sopek Viber bernama Cantika ini pun terombang-ambing gelombang dan arus laut utara yang sedang tak bersahabat. Tanpa penggerak, kedua nelayan ini hanya pasrah ke mana arus dan angin menambatkan perahu mereka.
Padahal, saat itu angin kencang tengah menerpa dan memicu naiknya ketinggian gelombang. Hujan berhari-hari juga menyebabkan air laut Jawa keruh.
Setia Kanti (44), seorang saksi mata menuturkan, perahu Cantika tersebut hendak pulang dari perairan Bojongsana, Suradadi, Tegal ke TPI Suradadi.
"Namun saat itu mengalami kerusakan baling baling sehingga kapal tidak bisa melaju dan terbawa ombak sampai ke perairan Widuri Pemalang dan tersangkut di Dermaga OW Pantai Widuri Pemalang," katanya, Jumat petang, 25 Januari 2019.
Tragedi Perahu Tambang Pasir Tenggelam
Warga yang mengetahui ada perahu tersangkut di dermaga dan nyaris tenggelam segera menghubungi kepolisian. Saat itu juga, personel Satuan Polair Polres Pemalang, TNI AL, dan potensi SAR lainnya berupaya mengevakuasi kedua nelayan dan perahunya.
Tak mudah mengevakuasi perahu yang tenggelam dengan kondisi perairan yang tengah bergolak. Pilihannya, perahu diikat dengan tambang dan ditarik puluhan tim SAR gabungan dari atas dermaga.
Usai lepas dari dermaga, perahu ini lantas kembali ditarik ke pantai oleh tim SAR gabungan yang berada di garis pantai. Akhirnya, kedua nelayan beserta perahunya bisa dievakuasi.
"Dua ABK-nya yang masih dalam keadaan selamat dan perahu sopek jenis viber berhasil ditarik dan diamankan ke darat," ucap Kepala Satuan Polisi Air Pemalang, AKP Sunardi, dalam keterangan tertulisnya.
Tiga hari sebelumnya, nun di selatan Jawa, insiden yang nyaris serupa juga dialami oleh dua penambang pasir di Muara Sungai Serayu, Adipala Kabupaten Cilacap. Perahu tambang itu mati mesinnya dan hanyut ke perairan selatan Jawa pada Selasa, 22 Januari 2019 sekitar pukul 14.30 WIB.
Komandan Basarnas Pos SAR Cilacap, Moelwahyono mengatakan, dua penambang diketahui bernama Hadi (50) Warga Penggalang RT 05/04, Adipala, Cilacap dan Edi (25) Warga Maos, Cilacap.
"Setelah kita mendapatkan info tersebut langsung memberangkatkan satu regu untuk melakukan upaya pencarian," katanya.
Tim penyelamat dibagi dua regu. Satu regu menyisir perairan dengan perahu RIB atau perahu karet, sedangkan regu lainnya menyisir daratan.
Pukul 16.30 WIB, tim SAR gabungan menemukan satu korban tenggelam atas nama Edi dalam keadaan selamat. Korban selamat dengan cara berenang ke tepian dermaga area PLTU Adipala, Cilacap.
"Korban selanjutnya dibawa ke rumah korban di Karangrena, Maos," ucapnya.
Sayangnya, korban kedua, Hadi, hingga petang tak berhasil ditemukan. Operasi pencarian terpaksa dihentikan lantaran turun hujan deras dan ombak tinggi. Hingga tiga hari pencarian, korban belum ditemukan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement