Melihat China Pakai Teknologi Digital untuk Genjot Ekonomi Inklusif

Perdagangan online di China menjadi pasar terbesar di dunia dalam kurang satu dekade. Bahkan menyumbang 23 persen dari total penjualan global.

oleh Nurmayanti diperbarui 26 Jan 2019, 14:05 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi digital dinilai dapat membuka lebih banyak kesempatan ekonomi dengan cara yang tidak dimungkinkan sebelumnya.

Hal itu disampaikan dalam laporan Luohan Academy yang berjudul "Digital Technology and Inclusive Growth" (Teknologi Digital dan Pertumbuhan Inklusif). 

Mengambil studi kasus di China, perdagangan online di China menjadi pasar terbesar di dunia dalam kurang satu dekade. Bahkan menyumbang 23 persen dari total penjualan global. 

Pada 2011, pembayaran secara mobile di China dan Amerika Serikat (AS) masing-masing USD  15 miliar dan USD 8,1 miliar. Pada 2017, pembayaran secara mobile di China bertumbuh menjadi USD 22 triliun yaitu 100 kali lipat dari nilai di Amerika Serikat.

Dalam laporan itu membuktikan mengapa teknologi digital bisa mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif secara merata dibandingkan revolusi teknologi yang pernah ada sebelumnya, bagaimana manfaat revolusi digital bisa dirasakan secara lebih merata dibandingkan revolusi teknologi yang pernah ada. Selain itu pentingnya dukungan dan kerja sektor publik-privat.

Dengan mengambil studi kasus di China menunjukkan kalau adopsi dan teknologi digital yang kian meluas tidak lagi tergantung pada tingkat pendapatan masyarakat dan perkembangan ekonomi.

China merupakan negara dengan mayoritas pendapatan menengah, tapi berhasil jadi pemimpin dalam industri perdagangan online dan pembayaran mobile.

Pada skala mikro, teknologi digital memudahkan masyarakat untuk memulai bisnis, menjangkau konsumen, dan mendapatkan akses permodalan dengan lebih cepat dan mudah.

Misalnya, jarak rata-rata belanja antara pembeli dan penjual di platform e-commerce Alibaba adalah 1.000 kilometer.

Sementara dengan sistem pasar tradisional, penjual dan pembeli hanya terbatas di radius beberapa kilometer.

 


Membuka Kesempatan Ekonomi Baru

Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Kehadiran e-commerce juga membuka kesempatan ekonomi baru bagi pengusaha perempuuan dan penyandang disabilitas.

Sekitar setengah dari pemilik usaha online adalah perempuan, lebih dari jumlah pengusaha perempuan yang menjalani bisnis konvensional.

Pada 2016, tercatat lebih dari 160.000 toko online dikelola oleh kaum difabel di desa-desa binaan Taobao, dengan nilai penjualan mencapai RMB 12.4 juta. Selain itu, jutaan startup Tiongkok menikmati akses permodalan tanpa jaminan.

Jack Ma, Executive Chairman Alibaba Group dalam pengantar laporan ini menyatakan, satu hal penting dari laporan ini adalah data menjadi sumber daya baru dan penting yang akan mendorong kemajuan manusia dan memiliki peran sama penting dengan minyak bumi.

Bahkan lebih penting lagi dan data tidak akan habis. Semakin banyak digunakan, maka data itu akan semakin tinggi nilainya.

"Di depan kita terbentang jalan yang belum pernah kita lalui sebelumnya dan hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan yang belum terjawab: Bagaimana cara menggunakan data secara tepat? Bagaimana cara melindungi privasi? Bagaimana data bisa digunakan untuk memberikan manfaat maksimal dengan efek minimum bagi umat manusia?," ujar dia, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (26/1/2019).

Jack Ma melanjutkan, dengan begitu banyaknya pertanyaan, sangat mudah untuk memiliki dan terseret dengan ketakutan dan antipati. Namun kekhawatiran tidak memecahkan permasalahan.

"Kita harus mencari jawaban dan solusi. Daripada lari dari tantangan, kita memilih untuk melihat hal-hal tersebut dengan mata dan telinga terbuka serta menjelajahi berbagai dampak potensial dari data, dan melakukannya secara holistik,” kata dia.

"Di antara berbagai pertanyaan tentang data dan masa depan, bagi saya ada satu hal yang sangat jelas: mesin tidak dapat dan tidak akan menggantikan manusia, karena pada akhirnya, cinta dan kebijakan manusialah yang akan membawa kita maju menyongsong masa depan,” ia menambahkan.

Luohan Academy adalah think tank independen dan institut riset terbuka, yang diinisiasi oleh Alibaba Group pada 26 Juni 2018 di Hangzhou, Tiongkok. Akademi ini diluncurkan oleh Jack Ma, pendiri dan Executive Alibaba Group, dan 16 anggota komite akademis.


Hal yang Bisa Diadapsi dari China

Para penumpang menunggu kereta mereka di luar pintu masuk stasiun kereta api Beijing di ibu kota China, Senin (21/1). Sebagian warga China yang tinggal di kota-kota besar mulai mudik untuk merayakan tahun baru Imlek bersama keluarga. (WANG ZHAO/AFP)

Beberapa hal bisa diadaptasi dari Tiongkok dalam menumbuhkan perekonomian secara lebih inklusif melalui teknologi digital, yakni dengan cara:

Menurunkan ambang batas keterampilan untuk menggunakan teknologi 

Penerapan teknologi bekerja dalam dua acara, pertama untuk meningkatkan tingkat pendidikan dan keterampilan, kedua untuk menurunkan ambang atas pendidikan dan keterampilang yang diperlukan dalam menggunakan teknologi, sebab tanpa pendidikan formal khusus, keterampilan penggunaan teknologi dapat dipelajari secara otodidak.

Contohnya, warga di desa-desa binaan program Taobao (proyek Alibaba untuk membina warga desa) yang tidak memiliki pendidikan tingkat lanjutan tetap bisa berjualan melalui e-commerce, serta menerima pendapatan dua kali lipat lebih besar dari pedagang konvensional

Memaksimalkan potensi platform digital 

Platform digital adalah platform yang memungkinkan konsumen dan produsen dari berbagai daerah untuk bertransaksi secara langsung, tanpa dihambat oleh faktor jarak atau waktu.

Platform digital juga memfasilitasi interaksi jual-beli dengan biaya rendah, efisien, dan dapat diandalkan. Dengan kata lain, platform digital mampu menciptakan ekosistem ekonomi dan sosial yang terintegrasi untuk pertumbuhan yang inklusif.

Mempererat kerja sama pemerintah dan swasta 

Karena teknologi digital terus berevolusi dan penetrasinya terjadi di negara-negara yang tidak memiliki institusi dan sumber daya manusia yang siap mengantisipasi perkembangannya, sangat penting bagi sektor publik untuk menciptakan lingkungan makro bagi sektor privat. 

Hal ini untuk melakukan investasi yang diperlukan agar masyarakat dapat mengakses teknologi digital secara nyaman, aman, merata.

Mengelola dampak teknologi digital

Di era digital, terdapat berbagai kekhawatirran tentang masalah-masalah nyata dan kompleks seperti pengangguran akibat teknologi, penyalahgunaan informasi pribadi, lambatnya kehadiran kebijakan persaingan usaha, dan meningkatnya ketidaksetaraan.

Langkah pertama untuk menjawab tantangan-tantangan ini adalah untuk memisahkan fakta dari spekulasi dan kekhawatiran.

Bukti di Tiongkok menunjukkan manfaat-manfaat dari akses terhadap pangsa pasar baru akan semakin terasa di negara-negara yang belum berkembang.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya