Bendungan di Brasil Jebol, 9 Orang Tewas dan 200 Lainnya Hilang

Bendungan yang ada di dekat tambang bijih besi Feijao di Brasil, ambrol. Peluang mengevakuasi korban dalam kondisi selamat kian menipis.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 26 Jan 2019, 16:48 WIB
Bendungan yang ada di dekat tambang bijih besi Feijao di Brasil, ambrol (Credit: Bruno Correia/Nitro via AP)

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Bendungan yang ada di dekat tambang bijih besi Feijao di Brasil, ambrol pada Jumat siang sekitar pukul 13.00 waktu setempat. Air cokelat bercampur lumpur kemudian membanjiri dam lain di bawahnya.

Tak lama kemudian gulungan air bah menerjang deras ke kompleks bendungan, wilayah pertanian, dan permukiman yang ditinggali sejumlah pegawai tambang. Rumah-rumah rusak, sejumlah kendaraan terpelanting bahkan terbalik di tengah kubangan lumpur.

Gunungan lumpur mengubur kantin bendungan tempat ratusan pekerja makan siang. Akibat jalanan yang rusak, upaya penyelamatan dilakukan lewat udara.

Beberapa orang yang terperangkap berhasil dievakuasi, dalam kondisi seluruh tubuh berselimut lumpur. Yang terakhir adalah seorang pria dan perempuan. Setelahnya, aparat mengaku, kesempatan untuk menemukan korban dalam kondisi bernyawa kian tipis.

Seperti dikutip dari Straits Times, Sabtu (26/1/2019), 9 orang dipastikan meninggal dunia, sementara 200 lainnya dinyatakan hilang. Aparat juga mengevakuasi penduduk di wilayah sekitar lokasi kejadian.

"Saya sungguh khawatir. Yang saya inginkan adalah kabar pasti," kata Helton Pereira, kepada BBC News, di luar sebuah rumah sakit. Istri dan saudari perempuannya bekerja di kantin dekat bendungan. Keduanya masih dinyatakan hilang. Wali Kota Brumadinho, Avimar de Melo Barcelos mengatakan, jumlah korban jiwa diperkirakan bertambah.

Gubernur Romeu Zema juga mengaku, harapan menemukan korban selamat kian menipis. "Saat ini, kemungkinannya minim. Kemungkinan besar kita hanya akan menemukan jasad," kata dia.

Tambang bijih besi tersebut dikelola perusahaan Vale SA. Chief Executive-nya, Fabio Schvartsman mengatakan, bah menerjang kantor perusahaan, termasuk kafetaria yang penuh dengan pekerja yang makan siang.

Merespons bencana tersebut, Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang dijadwalkan mengunjungi negara bagian Minas Gerais, direncakan akan memantau lokasi kejadian dari udara.

"Fokus perhatian kita pada saat ini adalah para korban dalam tragedi yang mengerikan ini," kata Bolsonaro.

Sebelumnya, presiden Brasil itu telah memerintahkan tiga menterinya untuk menangani bencana tersebut. Yakni, menteri lingkungan, tambang, dan pembangunan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bukan Tragedi Pertama

Ilustrasi Tanah Longsor

Ini bukan kali pertama musibah bendungan jebol terjadi di negara bagian yang kaya tambang itu. Pada 5 November 2015, dam yang lebih besar kolaps, airnya yang tumpah menewaskan 19 orang.

Lebih dari 60 juta meter kubik air -- yang cukup untuk mengisi 20.000 kolam renang standar Olimpiade -- tumpah ke daerah sekitarnya.

Bendungan yang jebol pada 2015 adalah milik Samarco Mineracao SA, perusahaan patungan (joint venture) antara Vale dan BHP Group Ltd. Kala itu lumpur akibat insiden tersebut mengubur sebuah desa dan menumpahkan cairan beracun ke sungai utama di wilayah itu.

Chief Executive Vale SA, Fabio Schvartsman mengatakan, bendungan yang jebol Jumat kemarin di tambang Feijao sedang dinonaktifkan. Kapasitasnya sekitar seperlima dari total air bercampur lumpur yang tumpah di bendungan milik Samarco.

Ia menambahkan, data instrumen menujukkan, bendungan tersebut dalam kondisi stabil pada 10 Januari 2019. Schvartsman menambahkan, masih terlalu dini untuk menentukan mengapa bendungan itu hancur.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya