Jokowi: Mari Kita Berpolitik Santun dan Beretika

Menurut Jokowi, masyarakat Indonesia memiliki sopan satun dan tata krama yang baik sehingga harus diimbangi cara berpolitik yang baik pula.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jan 2019, 02:25 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjawab pertanyaan wartawan saat menerima perwakilan nelayan seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak semua elemen bangsa untuk berpolitik santun dan beretika, karena Indonesia terkenal di dunia masyarakatnya yang memiliki sopan santun, ramah, baik budi pekertinya.

"Marilah kita berpolitik yang santun, mari kita berpolitik yang beretika, mari kita berpolitik dengan tata krama yang baik," kata Presiden Jokowi saat acara pembagian sertifikat tanah untuk rakyat di Lapangan Bola Arcici Rawasari, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu (26/1/2019).

Menurut Kepala Negara, masyarakat Indonesia memiliki sopan satun dan tata krama yang baik sehingga harus diimbangi cara berpolitik yang baik pula.

Jokowi mengakui bahwa masuk dalam tahun politik banyak sekali kabar bohong (hoaks) dan ujaran kebencian terjadi di mana-mana. Bahkan, ia juga menjadi sasaran hoaks yang menyatakan dirinya anggota PKI dan juga memusuhi para ulama.

"Masak saya dikatakan PKI. Peristiwa PKI itu terjadi pada 1965 dan saya lahir 1961. Masa ada PKI balita," kata Presiden seperti dikutip Antara.

Jokowi juga mengungkap di media sosial ada yang menaruh fotonya disandingkan dengan Ketua CC PKI DN Aidit yang tengah berpidato pada 1955.

"Masa saya belum lahir sudah ada fotonya dengan Aidit. Oleh karena itu saya harus ngomong, harus meluruskan," katanya.

Kepala negara juga disebut memusuhi para ulama, tetapi kenyataannya ia tiap minggu bersilahturahmi dengan para pemuka agama.

"Saya tiap minggu bersilaturahmi dengan ulama. Bahkan Hari Santri itu saya yang tanda tangan Kepresnya. Kok gitu disebut memusuhi ulama," jelas Jokowi.

Presiden juga menyebut survei yang menyebutkan 9 juta penduduk mempercayai bahwa dirinya itu PKI dan musuh ulama.

"Untuk itu saya ngomong, kalau tidak bisa 12 juta orang percaya kabar bohong itu," ungkapnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Jauhi Ujaran Kebencian

Untuk itu, Jokowi juga meminta untuk tidak percaya dengan kabar bohong dan menjauhi ujaran kebencian karena bisa membuat perpecahan di masyarakat.

"Jangan sampai beda pilihan karena pilkada, pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur dan pilihan presiden membuat antartetangga, antarkampung tidak akur. Jangan korbankan itu," harap Jokowi.

Presiden mengatakan, beda pilihan itu hal biasa dan pemilu itu terjadi setip lima tahun sehingga jangan korbankan persatuan dan persaudaraan.

Jokowi berpesan bahwa jika memilih calon itu dilihat pengalaman memimpinnya, program yang yang ditawarkan.

"Namun jika ada tetangga yang beda pilihan jangan dimusuhi," kata Jokowi kembali.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya