Harga Emas Berpeluang Naik pada Pekan Ini

Ketidakpastian geopolitik dan pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) bayangi gerak harga emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Jan 2019, 09:30 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas berpeluang menguat pada pekan ini. Ketidakpastian geopolitik dan pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) bayangi gerak harga emas.

The Fed akan melakukan pertemuan pada pekan ini. Pelaku pasar dan analis mengharapkan the US Federal Open Market Committee (FOMC) akan lebih berhati-hati menaikkan suku bunga. Analis menilai the Fed akan lebih kurang agresif usai menaikkan suku bunga pada Desember 2018.

Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar tidak mengharapkan kenaikan suku bunga. Selain itu, 31 persen pelaku pasar melihat kenaikan suku bunga satu kali lagi pada akhir 2019.  Sentimen lainnya yang akan pengaruhi harga emas yaitu sejumlah ketidakpastian politik.

"Saya percaya minggu depan adalah minggu buat emas. Setelah upaya awal bulan ini menembus dan tetap di atas level USD 1.300, kemungkinan kali ini emas akan berhasil ke USD 1.380 pada semester I 2019," ujar Editor Eureka Miner Report, Richard Baker seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (28/1/2019).

Prediksi harga emas ini juga berdasarkan survei yang dilakukan Kitco kepada 18 para profesional. Berdasarkan surveinya, sekitar 13 suara atau 72 persen harga emas akan menguat.

Sedangkan satu responden atau enam perseroan mengatakan lebih rendah. Sedangkan empat atau 22 persen prediksi harga emas sideway.

Sementara itu, 266 responden yang ambil bagian lewat online, sebanyak 126 pemilih atau 47 persen memprediksi harga emas naik. 77 lainnya atau 29 persen memperkirakan harga emas merosot. 63 pemilih atau 24 persen melihat harga emas sideways.

"Saya bullish pada emas untuk pekan ini. Antara pertemuan the Fed, rilis keuangan, pembicaraan perdagangan AS-China dan penutupan pemerintahan AS, saya pikir mungkin ada volatilitas signifikan yang dapat menarik minat baru terhadap emas,” ujar Colin Cieszynski, Chiet Market Strategist SIA Wealth Management.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sementara itu, Head of Commodity Strategy Saxo Bank, Ole Hansen optimistis harga emas menguat pada pekan ini. Ini karena ada risiko geopolitik dan makro ekonomi yang signifikan sehingga dorong kemungkinan harga emas di atas USD 1.300 per ounce.

"Jika kami melihat ada gangguan besar dalam ekonomi global, emas dapat menembus USD 1.300 ounce," ujar Hansen.

Ia menambahkan, bursa saham AS atau wall street juga signifikan menguat pada bulan lalu. Namun, harga emas bertahan di level support.

"Saya tidak berpikir investor harus mengabaikan permintaan untuk emas sebagai aset safe haven," kata dia.

Direktur Pelaksana RBC Wealth Management, George Gero menilai keuntungan pada emas juga akan didorong dari kekhawatiran global. Sebelumnya pada pekan lalu, harga emas didorong sentimen ketidakpastian politik di Amerika Serikat dan zona euro.

Selain itu, ketidakpastian politik di Venezuela, Amerika Selatan. Serta negosiasi perdagangan China-AS.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya