Greenland Mencair 4 Kali Lebih Cepat Dibanding 15 Tahun Lalu

Lapisan es di Greenland mencapai titik kritis, mencair empat kali lebih cepat dibandingkan dengan 15 tahun lalu.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Jan 2019, 15:00 WIB
Ilustrasi: akibat perubahan iklim dan pemanasan global (sumber: wisdominnature.org)

Liputan6.com, Arizona Greenland kini tengah mencapai titik kritis, yang mana lapisan es di area tersebut mencair empat kali lebih cepat dibandingkan dengan 15 tahun lalu. Ladang es di Greenland bagian barat daya menjadi sangat sensitif terhadap siklus iklim yang disebut Osilasi Atlantik Utara karena pemanasan global berlangsung.

Laporan tersebut dari tim internasional yang mencakup ahli geosains Universitas Arizona (UA). Osilasi Atlantik Utara adalah fenomena cuaca di Samudra Atlantik Utara yang berfluktuasi dengan perbedaan tekanan atmosfer di permukaan laut antara Icelandic Low dan Azores High.

Es Greenland, terutama di bagian barat daya Greenland terus mencair. Hal ini bermula pada tahun 2003 hingga pertengahan 2013. Studi mencairnya lapisan es di Greenland diterbitkan pada minggu ini di Prosiding National Academy of Sciences.

"Saat melihat perubahan yang sangat besar di barat daya Greenland, kita dapat yakin, itu terkait dengan atmosfer. Ini karena adanya peningkatan lelehan permukaan," kata asisten profesor geosains UA, Christopher Harig, dikutip dari EurekAlert!, Selasa, (29/1/2019).

Tidak seperti wilayah lain di Greenland, wilayah barat daya punya beberapa gletser. Gletser pun runtuh dan mencair ketika suhu lebih hangat. Akibatnya, melelehkan lapisan es dan menghasilkan jaringan sungai yang mengalir di atas dan di bawah permukaan lapisan es.

 

 

Simak video menarik berikut ini:


Kenaikan permukaan air laut

Es mencair, dorong kenaikan permukaan air laut. (Liputan6.com/Sunariyah)

Pemanasan global yang berlangsung, Greenland bagian barat daya akan menjadi faktor penyebab kenaikan permukaan air laut.

"Jika Greenland terus sensitif terhadap pemanasan global, kita akan melihat banyak es hilang dan mencair. Pada akhirnya, terjadi kenaikan permukaan air laut," kata Harig.

Demi mencari tahu hubungan antara pemanasan global di Greenland barat daya dan Osilasi Atlantik Utara, Harig memerhatikan, jumlah es yang hilang dari Greenland pada tahun 2013 dan 2014. Harig dan rekannya, Frederik Simons dari Universitas Princeton mengukur hilangnya salju dan es yang menutupi Greenland dengan menggunakan data satelit bulanan. Satelit buatan dari Gravity Recovery and Climate Experiment, atau GRACE.

Ketika es Greenland mencair, medan gravitasi Bumi sedikit berubah. Ini dapat dideteksi oleh GRACE. Mencairnya es semakin buruk setiap tahun.

Penerima GPS yang dipasang di sepanjang pantai Greenland menunjukkan, ketika sejumlah besar es mencair, permukaannya naik. Ini karena tidak lagi terbebani oleh massa es.


Tingkat pencairan es naik

Tingkat pencairan es meningkat. (Paul Daly/The Canadian Press via AP)

Jaringan GPS Greenland mencatat perlambatan kehilangan es. Perlambatan dalam pencairan es berlangsung sekitar 12 hingga 18 bulan. Para peneliti menemukan, perlambatan bertepatan siklus Osilasi Atlantik Utara, yang bergerak dari fase negatif ke fase positif.

Selama fase negatif, Greenland punya lebih sedikit salju salju dan lebih banyak matahari. Maka, pencairan es meningkat. Sebaliknya, selama fase positif, Greenland lebih dingin dan gelap sehingga esnya lebih sedikit mencair.

Ketika siklus Osilasi Atlantik Utara kembali pada fase negatif pada 2015, tingkat pencairan es mulai naik lagi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya