Liputan6.com, Jakarta - Mal Ciputra Jakarta (Citraland) kembali menyemarakkan Imlek dengan nuansa Pecinan. Tahun ini, kuliner Pasar Glodok hadir menemani pengunjung Mal Ciputra di Center Court lantai Lower Ground Mal Citraland mulai 23 Januari hingga 10 Februari 2019.
Ragam kuliner dari Pasar Glodok ini menyajikan 26 tenant yang berasal dari berbagai macam daerah, salah satunya adalah Pancoran. Kuliner yang disediakan cenderung merupakan kuliner khas Tionghoa, seperti Bakmi Amoy, Chicongfan Pak Karim, Kuotie Shangtung Ling, dan lain-lain. Layaknya kuliner khas Tionghoa, ada juga tenant yang menyediakan kuliner yang tidak halal, seperti Sang Babi Bangka 'Aling'.
Advertisement
Festival Kuliner ini diadakan dengan tujuan agar setiap pengunjung Mal Citraland bisa merasakan nuansa Pecinan selama berlangsungnya festival ini. "Kami ingin mengajak pengunjung merasakan pengalaman budaya yang berbeda," ujar Ferry Irianto, General Manager Mal Citraland dalam acara pembukaan Festival Kuliner Pasar Glodok pada Jumat, 25 Januari 2019.
Tak hanya festival kuliner, pengunjung juga dihibur dengan atraksi budaya khas Pecinan. Salah satunya Wayang Potehi yang hadir setiap hari selama festival berlangsung. Wayang Potehi ini akan menghibur penontonnya setiap pukul 14.00, 17.00 dan 20.00 WIB. Cerita tentang Wayang Potehi ini diambil dari kisah petualangan seekor babi bernama Chu Pat Kay.
Selagi menyantap makanan, pengunjung juga akan diiringi dengan iringan musik khas Tionghoa setiap Rabu dan Jumat, dilansir dari situs resmi Mal Citraland. Musik khas Tionghoa ini hanya mengiringi pengunjung pada pukul 16.00 WIB dan 18.00 WIB.
Dari Kopi Es Legendaris hingga Es Sari Salju
Kuliner yang bisa disantap di festival ini tidak hanya kental dengan budaya Tionghoa, tapi juga merupakan kuliner yang terkenal legendaris dan sudah dikenal oleh masyarakat yang menyantapnya di daerah Pasar Glodok. Contohnya Kopi Es Tak Kie yang telah berdiri sejak 1927.
Pengelola tenant Kopi Es Tak Kie di festival tersebut, Martin mengatakan bahwa jenis kopi yang dijual merupakan kopi Padang dan Lampung. "Karena kopinya lebih wangi ketika diolah," ujarnya saat ditemui di Mal Citraland Jumat kemarin.
Kopi yang dijual di tenant tersebut diolah langsung di tempatnya. "Soalnya repot kalau misalnya kita bawa dari toko aslinya di Glodok," jawab Martin singkat. Kopi tersebut diolah menjadi dua jenis, yakni kopi hitam dan kopi susu.
Tak hanya itu, khusus untuk penikmat camilan Tionghoa bisa menikmati chicongfan dari Pak Karim, yakni ragam kue yang berasal dari Medan. Pengelola tenant tersebut, yakni Alung bersama seorang rekannya menjelaskan mengenai kue chicongfan tersebut.
"Chicongfan ini merupakan ragam cemilan yang berbeda, jadi kami menjualnya satuan atau bisa per paket yang isinya tiga atau empat buah," jelas Alung. Cemilannya terdiri atas siomay ayam, lumpia, choipan, uyen dan lobak.
"Choipan ini merupakan jenis dimsum yang dikukus, kulitnya tipis, sedangkan uyen ini bakso digoreng," jelas Alung sambil menerangkan makanan yang beristilah Tionghoa. Makanan ini sebetulnya berasal dari Tionghoa dan pertama kali ada di Medan, sehingga chicongfan lebih dahulu populer di Tanah Toba.
Untuk pengunjung Mal Citraland yang sekedar ingin mencuci mulut, jangan khawatir. Festival ini juga menyajikan makanan pencuci mulut seperti Es Krim Medan Pak Apat dan Es Sari Salju 899. (Esther Novita Inochi)
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement