Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Dolar AS diperkirakan melemah terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia setelah menguat hampir tiga minggu berturut-turut.
Mengutip Bloomberg, Senin (28/1/2019), rupiah dibuka di angka 14.035 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.092 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.032 per dolar AS hingga 14.050 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 2,39 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.038 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan paokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.163 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menjelaskan, nilai tukar rupiah bergerak menguat memanfaatkan pelemahan mata uang dolar AS.
"Dolar AS melemah disebabkan ekspektasi investor yang meyakini bahwa The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga di Januari dan masih akan mengeluarkan pernyataan yang cukup dovish terhadap prospek kenaikan tingkat suku bunga AS tahun ini," ujar Ahmad seperti dikutip dari Antara.
Dolar AS diperkirakan melemah terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia setelah menguat hampir tiga minggu berturut-turut. Ekspektasi akan ditahannya Fed Fund Rate dinilai akan membantu positifnya kinerja bursa saham AS.
"Kenaikan bursa saham AS serta melemahnya dolar diperkirakan akan mendorong arus modal masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia dan membantu penguatan rupiah," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi Inflasi
Sementara ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penguatan rupiah didorong prediksi BI bahwa angka inflasi 2019 akan stabil.
Hingga pekan keempat Januari 2019, tercatat inflasi sebesar 0,49 persen (year to date/ytd), sedangkan Januari 2018 tercatat 0,62 persen (month on month).Menurutnya, ada potensi inflasi meningkat memasuki triwulan III dengan naiknya harga yang diatur pemerintah (administered prices) terutama untuk tarif listrik.
Namun angka inflasi masih bisa terjaga sesuai target 3,5 plus minus satu persen.
Advertisement