Liputan6.com, Yogyakarta - Masjid Jogokariyan Kota Yogyakarta mendapat tamu tidak diundang pada Minggu, 27 Januari 2019 pukul 16.00 WIB. Ratusan massa dari PDIP yang usai melaksanakan kegiatan Deklarasi dukungan Paslon 01 di Mandala Krida bersitegang dengan Pemuda Masjid Jogokariyan.
Syubbani Rizali Noor, anggota takmir Masjid Jogokariyan mengatakan, pada hari itu pihak Masjid Jogokariyan sedang menyelenggarakan beberapa acara. Di antaranya jalan sehat pagi dan pemilu takmir periode 2019-2023 dibuka oleh Kapolresta Yogya dan Wakil Wali Kota Yogyakarta.
Advertisement
"Sore pembagian sembako untuk 400 warga miskin. Nah pas inilah konvoi PDIP melempari jemaah masjid, akhirnya para pemuda masjid melakukan perlawanan mereka kabur," katanya Senin (28/1/2019).
Rizal mengatakan saat itu jalan di sebelah barat masjid sedang ditutup karena acara tadi. Kemudian, sekitar pukul 16.00 WIB, ratusan massa datang dan melempari batu.
"Kena tembok dan kemarin juga ada tratak juga jadi kehalang itu. Tapi ada ibu-ibu di sana pada takut. Kemudian pemuda keluar melawan itu," katanya.
Menurut Rizal ratusan massa itu berhasil dipukul mundur hingga desa sebelah. Menurutnya, massa itu memang siap untuk melakukan penyerangan.
"Mereka ada bawa sajam, tongkat bisbol, mereka seolah sudah mempersiapkan," katanya.
Siapa Kelinci?
Saat kericuhan terjadi, pemuda Masjid Jogokariyan mendapati seseorang yang sudah dikenal warga dan biasa dipanggil Kelinci. Pihak Masjid Jogokariyan ingin agar Kelinci meminta maaf karena ulahnya kemarin.
"Belum, belum datang belum ketemu. Tapi yang jelas kami minta mediasi saja," katanya.
Menurut Rizal, salah satu warga yang membuat kerusuhan atas nama Kelinci ini sudah cukup dikenal di lingkungan Masjid Jogokariyan. Bahkan, Kelinci ini merupakan warga Jogokariyan sendiri.
"Kita meredam lah. Kita anggap selesai saja. Karena dampaknya akan besar. Ini kontra produktif dan mereka PDIP mengaku merasa ini kerugian sendiri bagi mereka," kata Rizal.
Advertisement
Tanggapan PDIP
Menanggapi kasus pelemparan batu Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ketua DPD PDI Perjuangan DIY Bambang Praswanto mewaspadai adanya provokasi atas kejadian tersebut. Namun, ia menegaskan tidak ada penyerbuan ke Masjid Jogokariyan.
"Pasti ada provokasi-provokasi supaya terjadi sesuatu dan terjadi geger. Isu ada perusakan lah, pager lain-lain. Isunya teman-teman merusak masjid. Informasi yang kami terima mereka lewat di situ, kalau provokasi ada yang bawa pedang (dari mereka). Kan ga boleh," katanya di Kantor DPD PDIP DIY Senin (28/1/2019).
Ia mengatakan provokasi itu bisa melalui hoaks yang beredar sebelummya. Salah satunya, Jokowi-Ma'ruf akan datang di acara dukungan paslon 1 di Mandala Krida pada Minggu (27/01) kemarin. Hal ini membuat bertambahnya masyarakat yang turun ke jalanan.
"Hoaks Pak Jokowi mau datang. Ada yang dapat rundown Pak Jokowi. Ya itu beredar saja," katanya.
Ia menjelaskan akan menunggu hasil investigasi dari polisi terkait kasus ini. Termasuk kadernya yang disebut bernama Kristianto atau Kelinci seperti disebut Takmir Masjid Jogokariyan.
"Karena saya lihat videonya, kita percayakan ke polisi siapa yang salah. Yang dituduh kan saudara Kelinci. Ya sudahlah diproses saja lah. Kita tahu kasus dengan Kelinci dua tahun lalu. Kami sepenuhnya taat hukum," katanya.
Bambang mengaku prihatin dengan kejadian tersebut, ia tidak menduga terjadi insiden tersebut pada saat ia dan pimpinan PDI Perjuangan tengah raker di Hotel D Senopati. Menurutnya, partai tidak pernah memberikan doktrin untuk berbuat onar dan kerusuhan seperti di Masjid Jogokariyan kemarin.
"Enggak ya. Yang jelas doktrin kami adalah idelogi militansi semangat gotong-royong itu dari kami," katanya.
Mediasi
Sementara itu, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Yuni Satia Rahayu Daerah Istimewa Yogyakarta mengakui jika nama Kristianto alias Kris Kelinci yang disebut oleh pihak takmir Masjid Jogokariyan merupakan kader PDIP. Namun, ia akan menunggu hasil investigasi dari kepolisian terkait kasus ini.
"Kita pahami dari teman-teman di lapangan. Mungkin kelewatan, ini diadu antara Islam dan non-Islam, kok bisanya mereka membuat sikap penyerangan masjid ini," katanya.
Ia meminta kepada kepolisian agar menyelesaikan kasus ini agar tidak membuat kondisi lebih memanas.
"Aparat sudah tahu itu wilayah rawan kok ada yang bawa itu (pedang) didiamkan. Harusnya penjagaan ekstraketat," katanya.
Ia menjelaskan pada waktu kerusuhan itu jatuh korban di pihak PDIP lebih banyak. Mulai dari anak-anak hingga dewasa mengalami luka ringan dan parah karena dicegat oleh pihak lain.
"Korban lebih dari lima atau sepuluh. Ada yang dijahit dioperasi anak-anak SMP. Kalau kita lihatin (fotonya) nanti malah tambah panas ini tidak kita share," katanya.
Pihak PDIP ingin dilakukan mediasi kasus ini. Hal tersebut demi kebaikan semua pihak termasuk pihak Masjid Jogokariyan.
"Harusnya ada mediasi, kalau tidak akan ada balas-membalas. Dalam rangka untuk meredam. Kita betulkan itu ada mediasi. Ada salah dan benar nanti tunggu dari polisi. Mediasi ini untuk mengendalikan teman-teman di bawah," dia menandaskan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement