PLN akan Sederhanakan Golongan Pelanggan Listrik

Saat ini pelanggan listrik rumah tangga masih terbagi beberapa golongan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 28 Jan 2019, 19:34 WIB
Listrik PLN. Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta PT PLN (persero) berencana menyederhanakan golongan pelanggan listrik rumah tangga. Nantinya, hanya ada dua golongan pelanggan listrik yaitu bersubsidi dan non subsidi.

Direktur Pengadaan Strategis ‎PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, saat ini pelanggan listrik rumah tangga masih terbagi beberapa golongan. Mulai dari R-1 rumah tangga kecil dengan 450 dan 900 Volt Amper (VA) bersubsidi.

Kemudian 900 VA non subsidi, daya 1.300 VA, R-1 rumah tangga kecil dengan daya 2200 VA, R-1 rumah tangga menengah dengan daya 3.500-5.500 VA serta R-1 rumah tangga besar dengan daya 6.600 VA ke atas‎. "‎Kan sebetulnya banyak segmen R 1," kata Iwan, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (28/1/2019).

Menurut Iwan, banyaknya golongan pelanggan listrik rumah tangga ini yang membuat PLN berencana melakukan penyederhanaan golongan pelanggan hanya menjadi dua.

"Dulu kan beda-beda. Sekarang inginnya dibedakan cuma disubsidi dan tidak disubsidi," tutur dia.

Iwan melanjutkan, untuk menerapkan penyederhanaan golongan tersebut, PLN masih akan menyosialisasikan terlebih dulu ke masyarakat sambil menunggu perubahan‎ peraturan.

Rencananya penyederhanaan golongan pelanggan akan dilakukan pada tahun ini."Inginnya kita tahun ini.‎ Cuma menunggu perubahan peraturan, kan golongan ada peraturannya," tandas Iwan.

 


Pembangkit Listrik dari Tenaga Gas Tetap Jadi Andalan

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Sambera berkapasitas 2x20 Mega Watt (MW). (Agustina Melani/Liputan6.com)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ‎(ESDM) menyatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) tetap menjadi andalan saat beban puncak.

Sebab itu tidak ada penurunan kapasitas pembangunan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, pembangkit yang menjadi andalan untuk memenuhi beban puncak harus memiliki karakter bisa dengan cepat mengalirkan listrik. Hal ini ada pada PLTG yang stabil dalam menghasilkan pasokan listrik.

"Peaker itu justru harus cepat, begitu turun (daya) langsung cepat naik lagi,‎" kata Andy, di Jakarta, Jumat (25/1/2019).

Andy melanjutkan, pemilihan PLTG sebagai andalan pemasok listrik saat beban puncak juga dapat‎ mengurangi penggunaan pembangkit dengan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ini sebab jika mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak bisa memasok listrik dengan cepat.

"Karena isinya nanti bagaimana? apakah EBT bisa secepat itu, energi primer tekan BBM, kan harus diturunin terus, kalau BBM turun gas turun bagaimana?, batu bara ramping time lama, masaknya lama, kecuali ada PLTU yg ramping time cepat dalam sekian menit. Nah itu oke sama kaya gas," ujar dia.

Andy menuturkan, dengan karakter PLTG yang bisa cepat mengalirkan listrik, target jumlah PLTG yang beroperasi tidak diubah dalam RUPTL 2019 -2028‎, sehingga porsi penggunaan bakar dalam target bauran energi.

"22 persen tetap, tadinya mau turun tapi enggak jadi tetap stabil‎," kata dia.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya