Cerita Seru Mantan Direktur ESDM Soal Proses Negosiasi Saham Freeport

Sepanjang Bambang Susigit ikut dalam proses negosiasi, tidak ada intervensi pimpinan yang bertujuan menguntungkan pihak Freeport.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jan 2019, 20:43 WIB
Freeport Indonesia (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Susigit, mengungkapkan beberapa pengalaman menarik selama proses negosiasi divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

Hal ini dia sampaikan ketika menghadiri acara peluncuran buku 'Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara' di Hotel Atlet Century, Jakarta, Senin (28/1/2019).

Pria yang sejak 1 Desember 2018 lalu memasuki usia purna bakti ini mengaku sempat melayangkan permintaan khusus kepada pimpinannya, Menteri ESDM, Ignasius Jonan, ketika dia diminta masuk dalam tim negosiasi pembangunan smelter.

"Saya mengetuai nego khusus untuk pembangunan smelter Menteri BUMN untuk divestasi, Menteri Keuangan untuk penerimaan negara," kata dia.

Di hadapan Menteri Jonan, dia meminta agar diberikan wewenang penuh dalam negosiasi dan meminta agar tidak dilangkahi dalam proses negosiasi.

"Saya lapor ke pimpinan, kalau boleh pimpinan Freeport mau Richard (Presiden dan Chief Executive Officer Freeport McMoran, Richard Adkerson) mau siapapun. Jangan ketemu Menteri, jangan ketemu Presiden, sebelum ketemu kami," kata dia.

Permintaannya tersebut ternyata memang dipenuhi oleh Menteri Ignasius Jonan. "Dan itu dikabulkan. Saya kira kalau kita berdaulat, kami diberikan kewenangan," ujarnya.

"Saya bersyukur punya pimpinan di kami Pak Jonan, di BUMN Bu Rini, dan Bu Sri Mulyani di Keuangan saya kira punya integritas dan strategi yang sangat jitu," ujar Bambang.

 


Dokumen Rio Tinto

Saham Freeport bisa didapatkan secara gratis. Benarkah? (foto: dok. Inalum)

Pengalaman lain yang dia alami yakni mendapatkan tugas untuk mencari dokumen persetujuan Menteri ESDM Ida Sudjana atas 40 persen participating interest Rio Tinto. Dokumen tersebut akan dibawa Menteri BUMN, Rini Soemarno dalam proses negosiasi dengan Rio Tinto London.

"Saya disuruh cari berkas persetujuan dari Menteri Ida Sudjana, persetujuan Rio Tinto, participating interest, untuk dibawa Bu Rini hari Senin ke London. Saya diperintah cari hari Minggu. Ketemu, saya dapat dikasih ke Pak Budi dan Bu Rini di Bandara. Jadi beliau baca mungkin di pesawat." kata dia. 

Meskipun demikian, dia mengaku setelah menyerahkan dokumen tersebut kepada Rini, dia sempat meragukan keaslian dokumen tersebut. "Tapi saya nggak yakin jangan-jangan tidak asli karena kita ini banyak KW," ungkapnya.

Dia kemudian kembali meminta dokumen yang sama dari pihak Freeport, kemudian mencocokkan dengan yang sudah dia peroleh lebih dahulu. "Saya hubungi teman-teman di Freeport bagian legal, saya dapat lagi dan sama. Jadi saya merasa tidak membohongi pimpinan," imbuhnya.

Di balik kisah-kisah tersebut, Bambang mangaku menjalankan tugas sebagai tim negosiator dengan tanpa tekanan. Sebab sepanjang proses negosiasi, tidak ada intervensi pimpinan yang bertujuan menguntungkan pihak Freeport.

"Tidak arahan pimpinan negara kita yang memberikan angin kepada mereka. Karena itu, saya pikir ini (divestasi 51 persen saham PTFI) karena kedaulatan, kekompakan, integritas pimpinan negara melawan korporasi yang selama ini selalu dipenuhi keinginannya," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya