Kebuntuan Pembicaraan Dagang AS-China Tekan Rupiah

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.040 per dolar AS hingga 14.094 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Jan 2019, 11:45 WIB
Teller menunjukkan uang dolar dan rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. Rupiah diperkirakan kan bergerak di kisaran 14.080 per dolar AS sampai dengan 14.100 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Selasa (29/1/2019), rupiah dibuka di angka 14.070 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.071 per dolar AS. Namun kemudian rupiah melemah ke 14.091 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.040 per dolar AS hingga 14.094 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,07 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok 14.098 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.038 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah dibayangi kekhawatiran kebuntuan perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.

"Isu Huawei dikhawatirkan membuat kesepakatan perdagangan antara AS-China yang akan dilangsungkan pada 30 Januari besok di Washington DC, AS, bisa mengalami kebuntuan," ujar Lana dikutip dari Antara.

Pembahasan kesepakatan perdagangan AS-China sendiri kali ini untuk menentukan kelanjutan perang dagang antara AS-China yang dimulai sejak 1 Juli 2018 lalu dengan rencana pengenaan tambahan tarif impor menjadi 25 persen untuk nilai 200 miliar dolar AS barang-barang impor dari China.

Terkait isu Huawei, saat ini semakin melebar dengan tuduhan AS bahwa perusahaan itu melanggar perdagangan dengan Iran yang terkena sanksi dari AS, pencurian rahasia perdagangan, dan pencurian teknologi dari T-Mobile AS. Tuduhan-tuduhan tersebut menjadi pengajuan perkara pada Pengadilan Tinggi di Negara bagian Washington, AS.

Saat ini Chief of Financial Officer (CFO) Huawei sedang mengalami tuntutan hukum di pengadilan Vancouver, Kanada. AS meminta ekstradisi CFO tersebut ke AS.

"Kemungkinan nilai tukar rupiah akan melemah terbawa sentimen pelemahan dolar Hong Kong dan dolar Singapura terhadap dolar AS pagi ini, menuju kisaran antara 14.080 per dolar AS sampai dengan 14.100 per dolar AS," kata Lana.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rupiah Bakal Menguat terhadap Dolar AS Sepanjang Kuartal I 2019

Teller menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Hingga hari ini, US$ 1 dibanderol Rp 14.020. Rupiah menguat 0,71% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual prediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan terus menguat sepanjang kuartal-I 2019. Rupiah diprediksi bisa berada di bawah Rp 14.000 per dolar AS.

"Kuartal-I dukungan untuk emerging market masih positif kisaran Rp 14.000 sementara ini. Ada kemungkinan di bawah Rp 14.000," ujar David di Kantor ISEI, Jakarta, pada Senin 28 Januari 2019.

Penguatan rupiah terjadi ditengarai oleh keputusan Amerika Serikat menutup dan membuka kembali pemerintahan.

Selain itu, rencana The Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS menaikkan suku bunga hanya dua kali tahun ini memberi sentimen baik untuk negara berkembang. 

"Di dukung juga beberapa berita positif shutdown AS 34 hari berakhir, Demokrat itu disetujui oleh pemerintah. Selain itu juga masih sekitar rencana Fed menaikkan suku bunga lebih lambat dari tahun lalu empat kali menjadi dua kali ini menjadi sentimen yang membuat Rupiah menjadi bagus," ujar dia.

Meski demikian, David mengatakan, pengusaha sebenarnya membutuhkan nilai tukar yang stabil. Oleh karena itu, pemerintah harus berupaya menjaga nilai tukar rupiah tetap pada level tertentu dan tidak bergerak cepat baik menguat atau melemah.

"Rupiah yang penting bukan menguat atau melemah, tapi stabil. Meningkat atau melemah drastis dalam waktu singkat, drastis, tidak baik untuk sektor riil. Mungkin untuk financial menarik ya," kata David.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya