Tingkatkan Ketahanan Moneter, BI Jalin Kerja Sama dengan Bank Sentral Lain

Pada kuartal IV 2018, BI dan Monetary Authority of Singapore telah menandatangani perjanjian keuangan bilateral dengan nilai setara USD 10 miliar

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jan 2019, 13:00 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/1). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan bahwa selama kuartal IV 2018 Bank Indonesia telah menjalankan beberapa kebijakan yang bertujuan meningkatkan ketahanan moneter sekaligus keuangan terhadap guncangan dari eksternal.

Perry mengatakan, salah satu langkah yang diambil Bl adalah menjalin kerja sama di bidang keuangan dengan bank sentral negara lain.

"Memperkuat kerjasama moneter dan keuangan dengan otoritas dari beberapa negara," kata Perry dalam acara paparan laporan KSSK, di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/1/2019).

Pada kuartal IV 2018, BI dan Monetary Authority of Singapore telah menandatangani perjanjian keuangan bilateral dengan nilai setara USD 10 miliar dalam bentuk swap bilateral dalam mata uang lokal serta repo bilateral dalam valuta asing untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan.

"Selain itu, BI dan Bank Sentral Tiongkok (China) telah memperbarui perjanjian swap bilateral dalam mata uang lokal Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA)," ujarnya.

Dengan Bank Sentral China, BI juga menyepakati pertambahan nilai BCSA dari CNY 100 miliar (setara USD 15 miliar) menjadi CNY 200 miliar (setara USD 30 miliar).

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ini Arah Kebijakan BI di 2019

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/1). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan jika arah kebijakan BI di 2019 tetap akan fokus mendorong pertumbuhan ekonomi, mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Arah kebijakan BI, kalau makronya akan tetap pro stability, meyakinkan bahwa inflasi terkendali, nilai tukar stabil, dengan supaya kebijakan preemptifahead the curve akan ditempuh, moneternya tetap pro stability," ujar dia pada Rabu 2 Januari 2019.

BI juga akan terus melakukan pendalaman di pasar keuangan dan melakukan perbaikan di dalam sistem pembayaran. Hal ini guna mendukung pertumbuhan ekonomi di 2019. 

"Pada saat yang sama kebijakan lain apakah makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran, ekonomi syariah, akan pro pertumbuhan. Kami menempuh kebijakan akomodatif di bidang itu untuk dorong ekonomi," kata dia.

Oleh sebab itu, BI juga terus melakukan inovasi dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan ekonomi. Caranya dengan memberikan relaksasi untuk sektor pariwisata, ekspor dan UMKM.

"Kami di makroprudensial, di tahun lalu kami sudah kasih uang muka di perumahan. Tahun ini kami mengkaji relaksasi instrumen apa untuk dorong sejumlah sektor, misalnya pariwisata, ekspor maupun UMKM," kata dia. 

"Demikian juga bagaimana mendorong perbankan tidak hanya reader funding tapi whole sale funding, pembiayaan tidak hanya kredit tapi juga obligasi korporasi," tandas Perry.‎

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya