Ke Wonogiri, Sandiaga Perkenalkan OKE OCE

Sandi melihat langsung proses produksi kacang mete mulai dari pengupasan, penggorengan hingga pengepakan yang masih dilakukan secara tradisional.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jan 2019, 08:57 WIB
Sandiaga Uno mengunjungi sentra pengusaha kecil dan menengah kacang mete di Wonogiri, Selasa 29 Januari 2019. (Merdeka/Muhammad Genantan Saputra)

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengunjungi sentra pengusaha kecil dan menengah kacang mete di Wonogiri, Selasa 29 Januari 2019. Sandiaga mendatangi kediaman Samsiah di Gapura Gayam, Tukluk, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri. Sandi melihat langsung proses produksi kacang mete mulai dari pengupasan, penggorengan hingga pengepakan yang masih dilakukan secara tradisional.

Daerah Ngadirejo dan Jatiserono merupakan daerah sentra pengrajin kacang mete. Di sini terdapat sekitar 400-500 UKM yang menggantungkan hidupnya pada produk yang selalu naik tiap Lebaran, Natal atau hari-hari besar lainnya.

Menurut Sandiaga, kacang mete bisa berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan penjual hingga petani Jambu Mete. Bahkan berpeluang untuk ekspor di pasar negara-negara Eropa.

"Salah satunya untuk meningkatkan produksi adalah memoderenisasi alat, kemasan dan kualitas. Ini potensi yang besar. Dan menjadi sasaran program ekonomi Prabowo-Sandi, menggerakkan ekonomi rakyat, khususnya daerah pedesaan," kata Sandi.

Salah satu pedagang kacang mete, Arief mengatakan, proses jadi kacang mete masih manual untuk menjaga kualitas rasa. "Malah rusak Pak pakai alat, jadi kembali ke manual, mungkin alatnya enggak pas," ucap Arif.

Para pengusaha mete juga mengeluhkan soal permodalan kepada Sandiaga di saat sepinya penjualan mete. Sandi pun memastikan bakal membuat Gerak One kabupaten/Kota/Kampung One Center for Entrepreneurship (OK OCE) untuk mengatasi keluhan para pelaku UKM.

"OK OCE, akan hadir di Wonogiri untuk melakukan pendampingan, permodalan hingga pemasaran. Sehingga penghasilan akan meningkat dan menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi," terang Sandi.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itupun sempat membeli satu kilo kacang mete dengan merek dagang Hj Samsiah. "Buat ngemil di mobil," tukas Sandi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pembuatan Wayang

Sandiaga mendatangi bengkel seni Fariz di Bale Pasunggingan, Jalan Srikandi Gg 5, Sumberalit, Sedayu, Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Setelah mengunjungi sentra kacang mete, Sandiaga mendatangi bengkel seni Fariz di Bale Pasunggingan, Jalan Srikandi Gg 5, Sumberalit, Sedayu, Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sandi kagum dengan Fariz Wibisono, pemuda berusia 26 tahun menjalankan usaha pembuatan wayang beber yang mulai punah.

Wayang weber merupakan yang digambar di kertas Daluang. Yaitu Kertas yang digunakan para leluhur di Jawa untuk menulis Al Quran dan Sastra.

Menurut Sandi, usaha Fariz contoh luar biasa dari milenials yang mencari peluang ekonomi kreatif dengan memaksimalkan apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Sandiaga bangga dengan langkah Fariz.

"Fariz adalah contoh milenial yang mencari terobosan ekonomi kreatif. Tak hanya memberdayakan desa, tapi juga menjaga nilai-nilai tradisional dan kebijakan lokal dengan membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitarnya. Fariz adalah milenial yang bukan mencari kerja, tapi menciptakan lapangan kerja, "ucap Sandi.

Fariz turut senang di sambangi mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu. Dia tak ingin wayang beber tenggelam tergerus zaman.

"Terima kasih banyak buat Pak Sandi yang datang ke tempat kami di pelosok, dusun yang sederhana ini. Saya hanya mencoba untuk melestarikan budaya wayang beber yang hampir punah. Termasuk juga senimannya dan bahan untuk pembuatan wayang beber sampai pewarnaannya, matur sembah Nuwun Pak Sandi," terang Fariz.

Sandi pun diajak berkeliling melihat sanggar Fariz, termasuk workshop pembuatan wayang beber di atas kerta Daluang. Dia mengajarkan tentang cara menanam hingga proses pengolahan daluang sampai dapat dimanfaatkan.

Ratusan karya Fariz telah menghasilkan uang yang menggiurkan. Daluang berukuran 30 x 30 cm yang digambar, dijualnya dengan harga sekitar Rp 1,5 juta. Fariz juga mendirikan komunitas wayang beber tani, untuk melestarikan seni tersebut.

"Benar-benar inspiratif. Ini punya nilai lebih, produk tradisional dengan pemasaran moderen. Fariz memberdayakan, bentuk usaha yang kolaboratif dan partisipatif," tandas Sandi.

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya