Liputan6.com, Jakarta Bisnis pertukaran mata uang kripto (crypto-currency) mulai berkembang lebih luas di Indonesia. Bicara tentang mata uang kripto, orang biasanya langsung mengarah pada Bitcoin.
Padahal, Bitcoin hanya satu dari sekian banyak mata uang kripto yang ada di dunia. Bahkan, bursa penukaran mata uang kripto asal Korea Selatan, Upbit, yang baru masuk Indonesia menerima jual beli aset kripto untuk lebih dari 150 mata uang kripto.
Baca Juga
Advertisement
Namun, kenapa hanya Bitcoin yang paling terkenal? Resna Raniadi, Kepala Pengembangan Bisnis Upbit Indonesia mengatakan, Bitcoin lebih populer karena eksposur banyak pihak terhadap mata yang tersebut.
"Yang membuat posisi Bitcoin bagus adalah, karena dia sudah lebih dahulu dikenal oleh konsumen dan lebih banyak mendapatkan eksposur dari media (ketimbang mata uang kripto lainnya)," kata Resna usai peluncuran Upbit di Indonesia, 29 Januari 2019.
Dia mengatakan, karena sudah dikenal luas pula, harga Bitcoin menjadi konstan dan relatif tinggi dibandingkan mata uang kripto lainnya.
"Orang ngomong kripto sama dengan Bitcoin, padahal aset kripto itu banyak, karena sudah diketahui konsumen," ujarnya.
Pemain Crypto-Exchanger Harus Lakukan Edukasi ke Konsumen
Untuk itu, pemain crypto-exchanger di Indonesia memiliki tugas untuk melakukan edukasi ke konsumen aset kripto bukan hanya Bitcoin. Beberapa di antaranya adalah Ethereum, Ripple, Bitcoin Cash, Ethereum Classic, Litecoin, dan lain-lain.
"PR-nya banyak, karena itu edukasi harus dijalankan. Edukasinya sesimple buat event mengenai blockchain, mengenai aset kripto, jadi konsumen langsung experience. Bisa juga untuk milenial masuk ke kampus-kampus, pelan-pelan memberitahu kripto ini bukan hanya Bitcoin," katanya.
Sekadar informasi, menurut data saat ini, setidaknya ada 2,8 juta pemain aset kripto di Indonesia. Dari jumlah itu, Upbit yang baru masuk Indonesia menargetkan akan punya 2.500 pengguna hingga akhir Februari 2019.
Dengan melakukan edukasi ke komunitas-komunitas, Upbit juga hendak menyasar 100 ribu pengguna di Indonesia pada akhir 2019 nanti.
"Kami optimistis, karena jumlah penduduk Indonesia banyak, pengguna internetnya besar. Jadi ketika kami memilih Indonesia sebagai pasar ketiga, tentunya sudah hitung-hitungan," tuturnya.
Di Indonesia sendiri, kompetitor Upbit yang memiliki bisnis serupa jumlah mencapai lima pemain. Tiga di antaranya berasal dari Korea, satu dari Indonesia, dan satu lagi dari Jerman.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Advertisement