Ratusan Warga Sumsel Terserang DBD pada Awal 2019

Warga Sumsel terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di awal tahun 2019.

oleh Nefri Inge diperbarui 31 Jan 2019, 04:00 WIB
Para warga Kota Palembang beramai-ramai berobat ke puskesmas (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Mengawali tahun 2019 ternyata diwarnai dengan penyebaran peyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatera Selatan (Sumsel). Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel, ratusan warga Sumsel terserang DBD di awal tahun 2019 ini.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Lesty Nuraini, hanya di bulan Januari saja, sebanyak 395 orang warga yang tersebar di beberapa daerah di Sumsel, mengidap penyakit DBD.

“Dari 395 orang yang terkena DBD, ada tiga orang yang meninggal dunia. Jumlah ini sangat tinggi hanya di bulan Januari saja,” ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (30/1/2019).

Meskipun belum ditetapkan statusnya menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), namun jumlah pasien yang terkena virus DBD di Sumsel cukup banyak.

Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) ada 1 kasus, Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 16 kasus, 25 kasus di Kabupaten Muara Enim, 9 kasus di Kabupaten Lahat.

Di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 18 kasus, Kabupaten Musi Rawas sebanyak 26 kasus, 42 kasus di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten OKU Selatan sebanyak 6 kasus. Di Kabupaten OKU Timur sebanyak 41 kasus.

Lalu, sebanyak 28 kasus di Kabupaten Ogan Ilir, 7 kasus di Kabupaten Empat Lawang, Kota Palembang sebanyak 99 kasus, Kota Prabumulih sebanyak 25 kasus, 17 kasus di Kota Pagaralam, 10 kasus di Kota Lubuklinggau, 21 kasus di Kabupaten Penungkal Abab Lematang Ilir (PALI) serta Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) sebanyak 4 kasus.

"Jumlah kasus ini bisa bertambah lebih banyak lagi karena pencatatan jumlah penderita dari kabupaten dan kota belum masuk. Ini karena Januari masih berjalan, apalagi masuk musim penghujan," ucapnya.

Dibandingkan tahun 2018, jumlah kasus penyebaran virus DBD di tahun 2019 cukup tinggi. Karena di tahun 2018, sebanyak 2.396 kasus dalam satu tahun dan hanya 26 orang pasien yang meninggal dunia.

Untuk menekan peyebaran penyakit ini, Dinkes Sumsel mengirim edaran ke Dinkes kabupaten dan kota untuk mengantisipasi DBD. Salah satunya menyebarkan larvasida dan alat fogging meskipun jumlahnya terbatas.

 


Faktor Lingkungan Kumuh

Fery Yanuar, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

"Yang terpenting tetap terapkan pola hidup sehat dan lalukan konsultasi ke fasilitas pelayanan kesehatan jika ada gejala DBD. Membersihkan lingkungan dari air menggenang," ungkapnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Fery Yanuar mengungkapkan faktor siklus musim dan pengaruh lingkungan berpengaruh vesar dalam penyebaran penyakit ini.

"Faktor lingkungan yang kotor dan berada di lokasi area tergenang seperti rawa dan sebagainya. Kawasan ini memudahkan penyakit ini menyebar ke warga melalui nyamuk Aedes Aegapty,” ujarnya.

Nyamuk penyebar virus DBD ini sangat mudah hidup di kawasan kumuh dan air menggenang yang kotor. Padahal di bulan November 2018 lalu, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) terkait antisipasi DBD oleh pemda di tingkat kabupaten dan kota.

Dinkes Sumsel mengharapkan masyarakat bisa memelihara ikan tempalo di tempat penyimpanan air, menggunakan larvasida untuk membunuh jentik nyamuk dan mengaktifkan program 3M.

“Jika ada gejala DBD, segera bawa pasien ke puskesmas atau rumah sakit. Agar penyakitnya bisa segera diatasi,” ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya