DBD Mewabah di Purbalingga, Yuk Kenali Gejalanya

Sebanyak 78 orang di Purbalingga terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD). Satu di antaranya, meninggal dunia

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 31 Jan 2019, 14:00 WIB
Ilustrasi – Fogging di daerah rendaman banjir di Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Istimewa/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mewabah di sejumlah daerah pada awal 2019 ini. Salah satunya di Purbalingga, Jawa Tengah. Data hingga 29 Januari 2019, sebanyak 78 orang positif terjangkit DBD. Satu di antaranya meninggal dunia.

Korban meninggal bernama Azwa Ristiningsih (8), warga Tamansari Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga. Diagnosis dokter, Azwa mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS) lantaran terlambat penanganan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, Hanung Wikantono mengatakan Azwa sebelumnya mengalami demam tinggi pada 5 Januari 2019. Oleh orangtuanya, Azwa diberi obat penurun panas.

Selang dua hari kemudian, demamnya turun dan Azwa bisa bersekolah. Namun, di sekolah kondisinya menurun (drop) sehingga dilarikan ke RS PKU Bobotsari dan didiagnosis terjangkit Thypus, bukan Demam Berdarah Dengue.

Dua hari kemudian suhu badan Azwa kembali turun dan sempat dibawa pulang. Orangtua Azwa memutuskan untuk menjalani rawat jalan.

Namun, seperti peristiwa pertama, Azwa kembali demam tinggi. Saat dicek, angka trombositnya hanya hanya 98 ribu atau nyaris separuh dari angka normal yang mestinya di atas 150 ribu.

Dokter mendiganosa Azwa supsek DHF. Kemudian, korban dirujuk ke RS Ummu Hani dan lantas kembali dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap, RSUD Margono. Sayang, lima jam dirawat, Azwa meninggal dunia, Senin 14 Januari 2019.

"Pemahaman masyarakat mengenai gejala Demam Berdarah Dengue memang belum merata," katanya, Rabu, 30 Januari 2019.

Dari kasus ini, Hanung mengimbau agar warga mewaspadai demam tinggi yang terjadi pada anggota keluarga. Sebab, bisa jadi, demam tinggi itu adalah pertanda awal gejala demam berdarah dengue yang bisa berakibat fatal jika tak ditangani secara cepat.


Upaya Pencegahan Penyebaran DBD

Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN dinilai lebih efektif mencegah DBD dibanding pengasapan atau Fogging. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemkab Banyumas/Muhamad Ridlo)

Dia menerangkan, pada penyakit demam berdarah dengue, kerap kali suhu tubuh normal. Penderita pun terkadang bisa beraktivitas secara normal, layaknya orang sehat.

Akan tetapi, kata Hanung, itu adalah fase kritis atau DSS. Terlambat penanganan, nyawa menjadi taruhan. Pasalnya, saat fase kritis itu, trombosit penderita akan terus menurun dan memperlemah kondisi tubuh.

Dalam berbagai literatur, beberapa gejala DBD yang bisa dikenali adalah nyeri atau ruam otot, sakit kepala berlebih, merasa lemah dan kehilangan nafsu makan dan terjadi pendarahan pada gusi.

Meski tak semuanya muncul pada penderita DBD, tetapi, gejala-gejala ini bisa menjadi peringatan agar penderita demam segera mengecek angka trombosit untuk memastikan kondisi kesehatannya.

Hanung mengakui, kasus DBD di Purbalingga pada Januari ini memang tinggi. Sebab itu, Dinas Kesehatan menggerakkan seluruh Puskesmas untuk menyosialisasikan DBD dan pencegahannya.

Dinkes juga mengirimkan surat pemberitahuan kepada kepala desa dan lurah seluruh Purbalingga untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dini, sebelum ada kasus DBD di daerahnya.

"Upaya-upaya telah kita lakukan. PSN, terus kepala desa diberitahu untuk waspada dini DB. Kita meningkatkan pengetahuan faktor risiko dan penyelidikan epidemologi," ucapnya.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) pada Dinas Kesehatan Purbalingga, Aji Sumbodo mengatakan kecamatan terbanyak kasus DBD berada di Puskesmas Padamara sebanyak 13 kasus, di Kalimanah sebanyak 11 kasus.

Kemudian, sembilan kasus di Puskesmas Kutasari dan Purbalingga, lima kasus di Puskesmas Bojongsari, empat kasus di Puskesmas Karanganyar, tiga kasus di Puskesmas Kemangkon, Bojong, Serayu Larangan, Karangreja, Karangmoncol, dua kasus di Puskesmas Kejobong, Kaligondang, Kalikajar, Mrebet. Serta satu kasus di Puskesmas Bukateja, Kutawis, Bobotsari, dan Rembang.

Dia menambahkan, dinkes dan petugas Puskesmas juga meningkatkan surveilans terhadap faktor risiko kasus DBD dengan mengonfirmasi ke pengamat epidemiologi (PE).

Sejauh ini, Dinkes telah melakukan fogging atau pengasapan di 24 titik di wilayah Purbalingga yang terdapat kasus DBD. Usai fogging, gerakan PSN massal.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya