Bangladesh Tuntut Bank Filipina atas Perampokan Siber Senilai Rp 1,1 Triliun

Bangladesh mengajukan tuntutan kepada bank Filipina atas tuduhan perampokan di dunia maya senilai Rp 1,1 triliun.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 31 Jan 2019, 12:05 WIB
Ilustrasi (AFP)

Liputan6.com, Dhaka - Pemerintah Bangladesh mengajukan gugatan di Pengadilan Tinggi New York terhadap bank Filipina, yang dituduh melakukan perampokan dunia maya terbesar yang pernah ada, kata gubernur bank sentral negara itu.

Peretas yang tidak dikenal mencuri dana senilai US$ 81 juta (setara Rp 1,1 triliun) dari rekening bank sentral Bangladesh yang terafiliasi dengan Bank Sentral AS, atau Federal Reserve, di New York pada Februari 2016.

Uang itu kemudian ditransfer ke Rizal Commercial Banking Corp (RCBC) cabang Manila, kemudian dengan cepat ditarik dan dicuci via kasino lokal, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Kamis (31/1/2019).

Sebuah kasus tengah digugat kepada RCBC dan "semua pihak lain" yang terlibat dalam pencurian, termasuk tuduhan mencoba dan mengambil kembali dana yang dicuri, kata gubernur bank sentral Bangladesh Fazle Kabir kepada kantor berita AFP.

Sebuah perjanjian antara bank sentral Bangladesh dan Federal Reserve AS di New York telah ditandatangani untuk membantu negara itu dalam kasus tersebut, tambahnya.

Bangladesh telah mengirim tim hukum ke New York dan siap berjuang untuk mengembalikan uang itu, kata Kabir kepada wartawan di ibu kota Dhaka.

Di lain pihak, pemerintah Filipina pada 2016 menjatuhkan denda rekor senilai US$ 21 juta (setara Rp 295 miliar) pada RCBC, setelah menyelidiki perannya dalam pencurian dunia maya.

Namun, RCBC telah menolak seluruh tudingan tersebut, dan pada 2017 menuduh balik bank sentral Bangladesh melakukan "penutupan besar-besaran" terhadap praktik pencucian uang.

 

Simak video pilihan beirkut: 

 


Filipina Dituding Sebagai Surga Uang Kotor

Ilustrasi Bendera Filipina (Wikipedia.org)

Bulan ini, mantan manajer RCBC Maia Deguito dijatuhi hukuman penjara yang panjang dan denda senilai US$ 109 juta (setara Rp 1,5 triliun), dalam dakwaan pertama atas pencurian besar-besaran terhadap berbagai insititusi perbankan di dalam dan luar negeri,

Deguito, yang diketahui pernah menjabat sebagai manajer cabang RCBC di Bangladesh, dituduh mengoordinasi pemindahan ilegal.

Dia berencana untuk mengajukan banding dan dapat tetap bebas dengan jaminan sampai vonis dijatuhkan.

Deguito adalah satu-satunya orang yang dihukum dalam kasus yang menarik perhatian internasional ini.

Pencurian itu mengungkap Filipina sebagai surga bagi uang kotor, di mana beberapa undang-undang kerahasiaan bank yang paling ketat di dunia melindungi pemegang rekening dari pengawasan.

Kilas balik terkait kasus di atas, para peretas membombardir Federal Reserve AS dengan lusinan permintaan transfer, berusaha mencuri US$ 850 juta (setara Rp 11,9 triliun) lebih lanjut.

Tetapi sistem keamanan bank dan kesalahan pengetikan dalam beberapa permintaan mencegah pencurian penuh.

Peretasan terjadi pada hari Jumat, ketika bank sentral Bangladesh ditutup. Federal Reserve ditutup pada hari Sabtu dan Minggu, sehingga memperlambat respons terkait.

Federal Reserve AS, yang mengelola rekening bank sentral Bangladesh, telah membantah sistemnya sendiri berhasil diretas, dan mengklaim pihaknya selalu melakukan pemutakhiran keamanan secara berkala.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya