Krisis Venezuela, Oposisi Serukan Protes Ketika Nicolas Maduro Mengajukan Dialog

Krisis Venezuela semakin memanas, oposisi tolak seruan dialog dari Nicolas Maduro.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 31 Jan 2019, 13:03 WIB
Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)

Liputan6.com, Caracas - Rakyat Venezuela turun ke jalan melakukan aksi protes saat jam makan siang pada Rabu 30 Januari 2019, membentuk kantong-kantong perlawanan di luar pangkalan militer dan di jalan-jalan utama di seluruh negeri.

Hal itu terjadi ketika gerakan oposisi berusaha memaksa Presiden Nicolás Maduro untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sementara, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Kamis (31/1/2019).

Juan Guaido, yang pada pekan lalu, menyatakan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela, serta memenangkan dukungan dari sebagian besar pemerintah Barat, mengadakan protes dan muncul ketika demonstrasi itu berakhir di Central University, Caracas.

"Ayo terus protes," katanya kepada kerumunan siswa, dokter, dan perawat. "Ayo jalan terus."

Seruan Guaido itu merupakan tindak lanjut dari penolakannya terhadap ajakan dialog oleh Maduro, yang disampaikan sehari sebelumnya.

Pada Selasa 29 Januari, Maduro berbicara kepada kantor berita RIA Novosti, bahwa ia telah mengirim surat kepada pemerintah Bolivia, Meksiko, Rusia dan Uruguay, untuk melibatkan mereka dalam proses dialog baru dengan oposisi.

Rusia, yang telah menjadi pendukung internasional Maduro yang paling vokal dan merupakan investor utama di Venezuela, memuji kesediaannya untuk bernegosiasi.

"Fakta bahwa Maduro terbuka untuk berdialog dengan oposisi pantas mendapat pujian tinggi," juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan.

Di lain pihak, AS mencela tawaran dialog Maduro sebagai tindakan "pecundang yang sedang terjepit" oleh tekanan Barat, terutama pada bidang ekonominya.

Oleh para pengamat, sindiran AS dan dukungan Rusia menunjukkan bahwa pertarungan kekuasaan di Venezuela mulai mengambil alih suasana adu pengaruh para negara adidaya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Maduro Kalang Kabut

Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP

Pada Rabu sore, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengetwit bahwa dia telah berbicara dengan Guaido hari itu, untuk "memberi selamat" dan memperkuat dukungan Gedung Putih terhadap perjuangan Venezuela dalam mendapatkan kembali demokrasinya.

Trump menyimpulkan bahwa "Perjuangan untuk kebebasan telah dimulai", menyusul tindakan Maduro yang berusaha menetralkan Guaido dengan memerintahkannya untuk tidak meninggalkan Venezuela, serta membekukan asetnya.

Para pengamat menambahkan bahwa pemerintah negeri kaya minyak itu juga menindak lingkungan yang memberontak, mencoba untuk melanggengkan sistem otokratis, gaya sosialis yang semakin terancam oleh ketidakpopuleran mendalam dan tekanan asing.

Pada hari Rabu, Maduro juga mengeluarkan pesan video yang ditujukan kepada rakyat AS, yang menyatakan bahwa pemerintahan Trump sedang berusaha melakukan kudeta di Venezuela, dan menurutnya, akan menjadi bencana.

"Amerika Serikat ingin mengambil minyak kita seperti yang mereka lakukan di Irak dan Libya," tambah Maduro.

"Saya meminta dukungan rakyat Amerika Serikat agar tidak ada Vietnam baru," katanya dalam video yang diunggah di Facebook.

Sementara itu, protes anti-Maduro pada hari Rabu jauh lebih kecil daripada unjuk rasa sebelumnya, akhir pekan lalu.

Kekerasan oleh pemerintah dalam beberapa hari terakhir disinyalir menjadi penghambat kehadiran protes yang lebih luas.

Selama sepekan terakhir, 35 orang tewas dalam unjuk rasa, di mana sebagian besar ditembak oleh pasukan keamanan saat bentrok pada malam hari di daerah kumuh, lapor Observatorium Konflik Sosial Venezuela.

Lebih dari 800 orang telah ditahan, tambah laporan dari kelompok bantuan hukum Foro Penal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya