Liputan6.com, Jakarta - Bagi para atlet seni bela diri campuran di ONE Championship, sebuah pertandingan yang baik tentu berawal dari persiapan yang matang. Kuncinya, para atlet butuh latihan rutin untuk persiapan duel di atas ring.
Lewat rutinitas latihan yang semakin intens jelang pertarungan, maka setiap sesi latihan dirancang khusus sesuai kebutuhan setiap atlet. Itu pun dengan mempertimbangkan beberapa disiplin utama dari seni beladiri yang mereka tekuni.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa atlet ONE Championship asal Indonesia berbagi beberapa hal tentang sesi latihan mereka, yang dijalani penuh semangat untuk menjadi juara.
Egi Rozten, satu-satunya petarung Indonesia yang turun dalam gelaran ONE: HERO’S ASCENT di Manila, Filipina, menjalani dua sampai tiga sesi latihan per hari dalam persiapan menyambut duel ONE Championship.
Utamanya, ia berlatih pada pagi dan sore hari, serta kadang menjalani sesi tambahan pada malam hari menjelang persiapan tanding. Menurut pria berusia 30 tahun ini, sesi-sesi latihan terberat adalah pada saat harus bersamaan menjaga pola makan.
Egi sendiri paling menyukai sesi latihan lari, apalagi jika sambil trekking ke wilayah pegunungan; yang mungkin sering lebih bisa dilakukan di sekitar kota asalnya di Bandung, Jawa Barat.
Untuk menghindari cidera yang tidak diinginkan, maka sangat perlu dilakukan sesi pemanasan yang baik sebelum sesi latihan; ditutup dengan sesi pendinginan setelah menjalani semua materi latihan.
Egi bersyukur karena bisa menemukan berbagai sparring partners atau mitra latihan dari beberapa disiplin seni bela diri yang memang ia sukai; seperti tinju, kick boxing, MMA, dan Brazilian Jiu Jitsu.
Selain itu, dia sendiri lebih menyukai berlatih dengan mitra yang lebih berpengalaman dalam disiplin bela diri, agar bisa semakin meningkatkan kemampuan sambil berlatih rutin. Ia menambahkan, karakter pelatih favoritnya adalah yang bisa menciptakan juara, seperti para pelatih dari Tim Lakay, Filipina.
Lebih Variasi
Sementara itu untuk Stefer “The Lion” Rahardian, dia memilih berlatih keras di Bali MMA. Stefer Rahardian menjalani rutinitas latihan yang cukup serupa; dengan menjalani program yang lebih bervariasi, dimulai dengan latihan striking, wrestling, MMA, dan Brazilian Jiu Jitsu, kemudian masih ditambah sesi sparring tiga kali dalam sepekan.
Jadwal latihan ini dibagi dalam jadwal di pagi, sore, dan malam hari. Jika ada jadwal tanding yang sudah ditentukan, Stefer akan semakin meningkatkan intensitas latihan sesuai program yang ditentukan oleh para pelatih di Bali MMA. Menurutnya, seluruh materi dan program latihan yang dirancang sudah pasti terasa berat, karena akan menuntut atlet untuk terus mendorong batas-batas kemampuan.
Namun, ia menambahkan bahwa dirinya dan para atlet lainnya justru harus bisa menikmati latihannya, dengan memperkuat kemauan berkembang dan menguasai setiap gerakan serta teknik yang dilatih sehari-hari.
Sesi latihan favorit pilihan “The Lion” sendiri adalah kelas wrestling. Untuk menghindari cedera saat berlatih, ia selalu melakukan pemanasan yang cukup dan melakukan teknik streching atau peregangan otot yang baik sebelum memulai rutinitas latihan. Stefer memiliki tiga sparring partner favorit, yaitu Gianni Subba dari Malaysia, Elipitua Siregar dan Toriq Rayis.
"Mereka bertiga amat sangat skillfull dan saya banyak belajar dari mereka. Tentu saja atlet-atlet lain di Bali MMA juga sangat membantu saya, dalam mengoreksi dan memajukan teknik, maupun memberi semangat pada saat latihan maupun bertanding," tambahnya.
Advertisement
Tough Love
Bagi Stefer, sepanjang karirnya di kancah seni bela diri campuran profesional, pelatih yang paling keras adalah Pelatih Kepala bernama Don Carlo Claus; yang bersikap sangat keras dan disiplin terhadap dirinya dan para atlet lain di Bali MMA. Namun, dibalik sikap kerasnya, Stefer menemukan sosok yang sangat baik hati dan begitu perhatian pada para atlet.
"Karena sesungguhnya yang ia inginkan adalah membantu mewujudkan mimpi kami semua untuk menjadi petarung MMA yang berkualitas, dengan segala pengorbanan waktu dan curahan tenaga yang beliau berikan untuk melatih kami," tutur Stefer.
"Saya menyebutnya tough love."
Seluruh sesi latihan yang dijalani kedua atlet ini terbukti menjadi salah satu landasan kuat yang juga menghantarkan mereka meraih prestasi semakin tinggi dalam kiprah mereka di bawah properti media olahraga terbesar di Asia, ONE Championship.